“Lalu untuk pasar tikus putih sekarang mudah dijual dengan harga mencit Rp 2-7 ribu, Red 10-35 ribu, ASF Rp 10-35 ribu. Karena banyak yang membutuhkan, biasanya untuk penelitian laboratorium dan pakan reptil,” terang dia.
“Kalau yang untuk penelitian ukuran beratnya mesti 22 gram untuk Mencit dengan rata-rata pemesanan 50 ekor ke atas dan Red untuk berat 150 gram seminggu ada pemesanan sebanyak 300 ekor di area Tasikmalaya dan Ciamis,” papar dia.
Menurutnya, peluang usaha budidaya tikus putih masih sangat potensial untuk berkembang. Tenaga dan pikiran yang dikeluarkan menurutnya seimbang dengan penghasilan. Tak terlalu repot mengembangbiakannya.
Baca Juga:Manut Pemerintah, Pedagang Alun-Alun Ciamis Tak Berani Pindah Sebelum Ada Kepastian PeresmianMemperingati Hari Batik Nasional, Puluhan Siswa Praktik Buat Motif Batik
“Memang masyarakat awalnya dianggap bercanda bisnis budidaya tikus putih menghasilkan. Tetapi saat pernah menjadi pegawai perbankan, ternak ayam dan ikan, serta bisnis kuliner yang pernah saya tekuni dulu, ternyata omzet lebih bagus melakukan budidaya tikus putih ini,” katanya.
Dendis bercerita bahwa sebelumusaha budidaya tikus putih ia pernah menjadi pegawai perbankan dan membangun usaha kuliner tetapi kerap mengalami jatuh bangun dan kemudian rontok. Seperti usaha jualan roti bakar, martabak eskrim, serta lainnya.
“Kalau prinsip saya mengandalkan gaji tidak mencukupi. Sehingga saya menikmati dan fokus di ternak tikus putih untuk ketenangan hati dan uang pun ada,” ujarnya.
Saat ini Dendis tengah fokus untuk menambah jumlah indukan dengan target sampai 2000 ekor. Dengan begitu usahanya bisa semakin berkembang dan dapat memenuhi peemintaan pasar.
“Kemudian rencananya juga akan melakukan pengembangan produksi pakan sendiri, karena pur khusus tikus putih sedang mahal,” katanya. (riz)
Baca berita dan artikel lainnya di Google News