Area kritis selanjutnya, di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sudah sebulan lebih yakni Kecamatan Pagerageung dari Sumber Mata Air Cipanyusupan. Biasanya debit 10 liter per detik kini menjadi 5 liter per detik, akibat semula layanan 24 jam, kini layanannya bergantian dan menjadi 6-8 jam saja “Karena tidak ada cara lain, ketika ingin normal pelayanan menunggu hujan saja,” ungkapnya.
Wilayah kritis lainnya, area layanan wilayah Kecamatan Ciawi untuk Sumber Mata Air Sanghyang tadinya debit 15 liter per detik menjadi 10 liter per detik. Untuk pelayanan masih normal 24 jam, karena ada pasokan suplai tambahan Sukaresik.
Kemudian juga area layanan Cisayong walaupun berkurang 2 liter per detik, dari sumber mata air memiliki debit 18 liter detik. “Pelayanan masih normal 24 jam dan realtif aman,” ucapnya.
Baca Juga:Prediksi Ipswich Town vs Hull City di Championship: Tempel Leicester City di Puncak KlasemenPrediksi Birmingham vs Huddersfield Town di Championship: Tuan Rumah Putus Rangkaian Kekalahan
Artinya, secara statistik Perumda Air Minum Tirta Sukapura Tasikmalaya terdampak dari krisis air ini, sehingga produksi dan distribusi air kalau persentase berkurang 7,4 persen.
“Selain krisis air, ada hal lainnya berdampak layanan Perumda semakin berat, karena sebagian besar berpindah ke Perumda. Tadinya pelanggan punya sumber air alternatif. Tetapi sekarang ke balik, pelanggan utamanya ke Perumda, sedangkan alternatif tidak terpakai. Sehingga pemakaian air dari pelanggan meningkat,” kata dia.
Semakin banyak pengguna air dari Perumda ini, di sisi lain debit sumber air berkurang tetapi pemakaian pelanggan bertambah. Mengakibatkan Perumda perlu untuk menyeimbangkan beberapa wilayah dapat air, dengan membagi layanan airnya bisa merata dengan kuantitas dan tetap 24 jam
“Agar tidak terlalu jomplang pemerataan pelayanan airnya, kita melakukan perhitungan agar tidak terjadi keterlambatan dalam memberikan pelayanan air kepada pelanggannya,” ungkapnya.
Dengan masih adanya krisis air ini, ia pun menyarankan kepada masyarakat semakin hemat penggunaan air dan siapkan penampungan toren. “Mari kita harus peduli saat ini sedang kritis air, jangan mubazir membuangnya,” ucapnya.
Di sisi lainnya, pihaknya sedang berusaha untuk melakukan pencarian sumber air yang dapat mengantisipasi musim kemarau dan terus penambahan pelanggannya.
Selain menggali sumur 3-4 meter, ke depannya ingin ada penelitian wilayah kritis punya reservoir seperti Perum Cisalak, Perum Kota Baru, dan lainnya bisa bikin sumur bor.