PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Kesenian Badud asal Dusun Margajaya Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran sudah ada sejak tahun 1868.
Kesenian tradisional itu kini masih tetap bertahan. Meski saat ini, kesenian badud mulai jarang dipentaskan.
“Kesenian Badud perpaduan antara alat musik dogdog, calung dan tari topeng. Usianya sudah 100 tahun lebih,” kata Pewaris Seni Badud di Kabupaten Pangandaran H Adwidi, Senin 25 September 2023.
Baca Juga:Hampir 100 Persen Aset Pemkot Banjar Bersertifikat, Target Beres Oktober 2023Ini Sikap Disdikbud Kota Banjar Soal Bangunan SD Negeri 3 Rejasari yang Rusak
Menurut H Adwidi, kesenian badud tersebut lahir dari para petani yang sedang ngahuma padi pada zaman dulu. Tujuannya untuk menghibur petani yang sedang bekerja.
“Lalu tercipta ketukan-ketukan dari alat seadanya. Berkembang seperti hingga sekarang ini,” jelas H Adwidi.
Selain menampilkan musik tradisional, Kesenian Badud sering dikombinasikan dengan bodor atau lawakan.
Biasanya orang yang melawak memakai topeng hewan buas dan hama, seperti harimau, babi, kera dan lain-lain.
Meski bertahan cukup lama, ia mengakui saat ini sudah jarang pentas. Bahkan regenerasinya pun menurun.
Rata-Rata Pelaku Kesenian Badud Usia 50 Tahun ke Atas
Saat ini saja, seniman badud rata-rata berusia antara 50 sampai dengan 60 tahun.
“Supaya tidak punah, kita kenalkan ke generasi berikutnya agar warisan dari kakek buyut saya ini sangat berharga,” tuturnya
Baca Juga:Seni Badud Nasibnya Kini, Sudah Ada Sejak 100 Tahun Lalu di Kabupaten Pangandaran, Mulai Tergerus Musik ModernPemburu Baby Lobster di Perairan Pangandaran Ditangkap, Polisi Bakal Kejar Mafia Besarnya
Pegiat Seni Badud lainnya Yaya bertekad mempertahankan kesenian tradisional asal Pangandaran itu. “Kami tak mau seni ini hilang begitu saja,” ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Tonton Guntari mengaku selalu membantu mempromosikan seni tradisional badud di medsos Disparbud Kabupaten Pangandaran. “Kami juga ikut bantu promosi seni badud ini,” ungkapnya. (*)