CIAMIS, RADARTASIK.ID – Sejumlah pusaka peninggalan masa Kerajaan Galuh dicuci dan dibersihkan oleh pihak keluarga dalam rangka menyambut bulan Rabiul Awal atau Mulud.
Pusaka yang disimpan di Keraton Selagangga itu jumlahnya mencapai ratusan, namun yang dibersihkan oleh pihak keluarga melalui tradisi Jamasan hanya 9 saja.
“Kegiatan ini dilaksanakan oleh keluarga, dimana jamasan itu benda-benda bersejarah peninggalan adipati di sini,” ujar Ketua Pelaksana Jamasan Pusaka Galuh Ahmad Sopian, Senin (25/9/2023).
Baca Juga:1.000 Liter Eco Enzyme Diproduksi Saat Peringatan World Celan Up Day di Kota TasikmalayaTegaskan Status Persikotas Kota Tasikmalaya Tak Ada Persoalan
Kegiatan Jamasan atau mencuci pusaka kerajaan oleh pihak keluarga itu dimulai sekitar pukul 08.00.
Ahmad menerangkan kegiatan membersihkan pusaka yang dilaksanakan setahun sekali itu hanya sekadar meneruskan tradisi yang sudah diturunkan.
Tak ada maksud atau makna lain dari kegiatan itu.
“Fungsinya hanya ngamumule (budaya) saja. Bukan migusti (menuhankan, red) tapi mupusti (melestarikan, red),” katanya.
Dia berharap ke depannya masyarakat Tatar Galuh Ciamis dapat mengenal lagi sejarah Kerajaan Galuh dan pusaka yang pernah digunakannya pada masa itu.
Semua pusaka kerajaan saat ini memang disimpan secara terpusat di Selagangga.
“Harapan kedepan untuk masyarakat warga di Tatar Galuh Ciamis ini mengenal lagi sejarah dan mengenal lebih baik lagi,”paparnya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis Budi Kurnia mengataka tradisi Jamasan sudah ada sejak dulu.
Baca Juga:HIPMI Kota Tasikmalaya Dorong Pemkot Bentuk Satgas UMKM dan InvestasiCegah Diabetes, Mahasiswa Unper Gelar Pemeriksaan Gula Darah Gratis
Yakni mencuci atau membersihkan pusaka peninggalan para leluhur yang masih tersisa.
“Dimana kegiatan ini dilaksanakan secara rutin dan mandiri, tidak lain kegiatan ini tidak ada maksud lain tapi ngamumule tradisi,” jelasnya.
Ia berharap pihak keluarga keturunan Kerajaan Galuh dan masyarakat melestarikan tradisi membersihkan pusaka itu. Sehingga tradisi itu tetap terjaga dan awet.
“Sehingga masyarakat nanti setelah kit bisa mengetahui jati diri tentang terkandung di Jamasan di bumi Galuh ini,” ungkapnya. (isr)
Baca berita dan artikel lainnya di Google News