Pada intinya, keberadaan SMA Terbuka ini akan ditertibkan data administrasinya, supaya jelas jumlah dan statusnya. Datanya sudah dikumpulkan, dan diadakan pembinaan.
“Jadi kita ada jeda waktu dari cabang dinas untuk pemantauan dan pengawas pembina di dalam nya yang melakukan monev nanti,” kata dia.
Dia menambahkan, ada empat alasan SMA terbuka ini terbentuk, pertama boleh dibuka SMA Terbuka melihat faktor jarak, kedua faktor ekonomi, ketiga faktor waktu dan keempat faktor bencana. Jadi ada aturan di Permendikbud-nya.
Baca Juga:SMK Yayasan Islam Tasikmalaya Gelar LDKS, Siapkan Siswa Berjiwa KepemimpinanDosen Unper Tasikmalaya Ubah Talas Jadi Hand Sanitizer dan Masker Wajah
“Untuk wilayah di Jawa Barat Selatan memang kondisi seperti ini. Baik Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Dengan kondisi seperti ini (kemungkinan double data, Red) kita harus berhati-hati, karena data ini akurasinya harus tepat,” terang dia.
Sehingga para pengelola SMA Terbuka harus dikumpulkan, dan diberikan arahan, serta pembinaan, untuk menertibkan administrasi sekolah sesuai aturan dan regulasi yang ada dan tujuan selanjutnya dari SMA Terbuka ini untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah.
“Jadi ada angka partisipasi murni, ada yang Priangan Timur, khususnya Kabupaten Tasikmalaya, angka partisipasi murni tingkat SMA/SMK ini sangat tinggi. Karena terbantu dengan ada nya SMA Terbuka ini,” jelas dia.
Karena jangkauan topografi wilayah yang luas juga alasannya. Seperti di Kecamatan Cipatujah, Bojonggambir, dan sekolah basic nya pesantren buka tempat kelompok belajar. Tetapi yang mengajarnya tetap guru pamong atau guru kunjung yang mengajar dari sekolah induk.
“Sehingga SMA terbuka ini kebanyakan di sekolah pinggiran. Seperti di Kecamatan Taraju dan Karangnunggal, kalau di Kota Tasikmalaya ada SMAN 10 yang punya siswa SMA Terbuka karena jangkauannya pinggiran kota,” paparnya. (dik)