TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kejahatan siber atau peretasan mengancam UMKM yang merupakan salah satu penggerak ekonomi. Hal ini perlu diwaspadai khususnya oleh UMKM Kota Tasikmalaya supaya tidak menjadi korban.
Kejahatan siber atau peretasan sudah bukan hal baru di dunia teknologi digital dan internet. Ancaman peretasan tersebut ternyata perlu diwaspadai oleh para pelaku UMKM yang saat ini banyak memanfaatkan teknologi digital.
Di era industri 4.0 ini, hampir semua aktivitas manusia mengandalkan teknologi digital. Termasuk aktivitas usaha dari mulai yang besar sampai dengan UMKM.
Baca Juga:Sertijab Perwira di Polres Tasikmalaya Kota, 2 Kasat dan 4 Kapolsek DigantiRadius Lingkungan Terdampak Perizinan Konser Musik Harus Diperhitungkan
Bahkan saat ini pemerintah mendorong para pelaku UMKM untuk bisa memanfaatkan e-commerce. Supaya bisa memperluas pasar atau wilayah edar produk yang dijual.
Dilansir dari berbagai sumber, perusahaan pengamanan siber kaspersky adanya peningkatan serangan siber ke dunia UMKM. Serangan tersebut berbentuk file-file berbahaya yang bisa merusak sistem digital.
Praktisi sekaligus akademisi Informasi dan Teknologi (IT) dari Unsil Tasikmalaya Muhammad Adi Khairul Anshary ST MT mengatakan bahwa setiap produk digital memang bisa mendapat serangan siber. Hal itu memang menjadi sebuah risiko di samping kemudahan era digital. “Ya sekelas akun youtube pemerintah saja bisa diretas,” ungkapnya kepada Radartasik.id, Selasa (19/9/2023).
Biasanya, kata Adi Khairul, peretasan diawali dengan mengirimkan file atau link kepada target. Di mana ketika file atau link tersebut dibuka, tanpa disadari membuka celah akses peretas masuk ke sistem. “Targetnya itu ya data-data kita, misal yang ada di HP atau komputer,” terangnya.
Tidak berhenti di situ, pencurian data tersebut bisa berkembang ke perusakan yang lebih besar. Daru mulai peretasan akun perdagangan, media sosial sampai dengan sistem perbankan yang digunakan. “Tidak menutup kemungkinan merembet ke akun perbankan, itu kan lumayan bahaya,” katanya.
Disinggung bahwa marketplace yang biasa digunakan punya keamanan, menurutnya hal itu lebih kepada sistem aplikasi. Karena konteksnya berbeda dengan keamanan akun. “Beda konteks antara keamanan aplikasi dengan keamanan akun,” ucapnya.