CIAMIS, RADARTASIK.ID – Sebanyak 108 hektare lahan pertanian di Kabupaten Ciamis mengalami gagal panen atau Puso.
Rinciannya antara lain 55 hektare di Kecamatan Banjarsari, 52 Hektare di Kecamatan Pamarican, dan 1 hektare di Kecamatan Cimaragas.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis Slamet Budi Wibowo mengungkapkan, data itu ia dapat dari hasil dari laporan petugas Pengendali Organisme Pengendali Tanaman (POPT) Provinsi Jawa Barat yang ditugaskan di Kabupaten Ciamis
Baca Juga:Harga Beras di Cikurubuk Tak Kunjung Turun, Pedagang Ketar-Ketir Omset Menurun DrastisPenanggulangan Darurat Kekeringan di 7 Kecamatan Tunggu Pengesahan SK
“Untuk kondisi yang berat ada 86 hektare, sedang 103 hektare, dan ringan 18 hektare. Untuk kondisi berat di Kecamatan Banjaranyar 25 hektare, Pamarican 60 hektare serta di Cimaragas 1 hektare. Itu berdasarkan data yang kami ketahui di musim kemarau sekarang ini,” ucapnya, Senin (18/9/2023).
Ia menerangkan kondisi gagal panen sebenarnya bisa dihindari asalkan petani serius menangani lahan mereka.
Yakni dengan cara melakukan pompanisasi air dari sumber utama ke pesawahan. Jika tidak, maka lahan pertanian lain yang saat ini masih produktif perlahan juga bisa mengalami Puso.
Ia mengaku musim kemarau tahun 2023 ini memang berbeda dari biasanya. Dimana titik areal pertanian yang kekurangan air terus bertambah.
Bahkan wilayah yang biasanya tahan terhadap kemarau, tahun ini mulai mengalami kekeringan.
“Makanya kami menginstruksikan para Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) tiap kecamatan untuk mengatur debit air irigasi saat mengairi area pertanian warga,” jelasnya.
Berdasarkan ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, musim kemarau diperkirakan terjadi sampai Desember dengan puncaknya di bulan November.
Baca Juga:Penerbangan ke Kota Tasikmalaya Dipercepat, Citilink Akan Wara-Wiri Jakarta-Tasik Mulai 2 OktoberTak Terlalu Sibuk, Penugasan Plh Bappelitbangda Bisa Terus Diperpanjang?
“Dampak El Nino atau kemarau panjang ini sangat menghawatirkan, terutama bagi para petani,” ucapnya.
Untuk menangani masalah ini, kata dia, pihaknya telah membuat surat edaran kepada para petugas di wilayah pedesaan untuk mengantisipasi kemarau yang terjadi.
Terutama wilayah yang sudah mulai kesulitan air agar beralih menanam palawija yang tak teralu membutuhkan banyak air, seperti jagung atau kacang-kacangan.