“Hal itu pun juga tidak menutup kemungkinan terjadi di Kabupaten Tasikmalaya. Apalagi kasus stunting ini cenderung mengalami kenaikan,” sambung dia.
Menurut Burhanudin Muslim, dalam kemiskinan ekstrem pemerintah harus menelurkan program yang mendidikan kepada masyarakat atau sasaran.
“Artinya masyarakat yang masuk kategori miskin ekstrem ini jangan selalu diberikan bantuan langsung tunai, karena ini bukan solusi penanganan jangka panjang. Oke dari sasaran tepat, tapi dari tujuan penurunan angka kemiskinan ekstremnya kemungkinan tidak akan dapat,” ucap dia soal Kabupaten Tasikmalaya dikepung stunting dan kemiskinan ekstrem.
Baca Juga:Alhamdulillah!! Kabupaten Tasikmalaya Sudah Memiliki Tiga Kampung Moderasi Beragama: Tersebar di Tiga Desa dan Tiga KecamatanTemuan BPK di Luar Kendali, Ini Pernyataan Pemkab Tasikmalaya Soal Bankeu Desa Tahun Anggaran 2021
Pasalnya, bantuan langsung tunai ini hanya sesaat atau stimulan. Di mana ketika bantuannya habis, kondisinya akan kembali lagi kepada seperti semula.
“Berbeda dengan diberikan alat pancingnya. Misalnya dilatih SDM, pemberdayaan, permodalan yang akan memengaruhi perekonomian keluarga yang masuk kategori miskin tersebut,” sambungnya.
“Saya yakin dengan program tersebut, misi menurunkan angka kemiskinan ekstremnya akan dapat. Sehingga jumlahnya setiap tahun dapat menurun,” jelasnya soal Kabupaten Tasikmalaya dikepung stunting dan kemiskinan ekstrem.
Kemudian, untuk persoalan stunting pun harus benar-benar melibatkan semua unsur, termasuk para aparatur sipil negara (ASN), pihak swasta serta pemerintah desa dan kecamatan.
“Semua harus sinergi mengeroyok angka balita stunting dan yang terancam bisa melahirkan bayi stunting harus fokus dikawal dalam asupan gizi dan lainnya,” pungkasnya soal Kabupaten Tasikmalaya dikepung stunting dan kemiskinan ekstrem.