“Agar tercapai new zero stunting, kita awalnya melakukan pemberdayaan tim pendamping keluarga dalam hal ini adalah kader kesehatan dengan dibekali keilmuan, Sehingga nantinya bisa melakukan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting,” paparnya.
Kegiatan selanjutnya yaitu pelatihan pemantauan tumbuh kembang dan pola asuh balita bagi perawat serta kader kesehatan. Kemudian, pelatihan penggunaan Si KB Pintar bagi bidan dan kader.
Setelah melakukan pemberdayaan kepada tim pendamping keluarga, kemudian dilakukan implementasi pendampingan keluarga berisiko stunting oleh tim pendamping keluarga dengan menerapkan inovasi inovasi yang telah diberikan.
Baca Juga:Karang Taruna Ciledug Meriahkan Peringatan Hari Kemerdekaan dengan Kegiatan PositifEksiskan SKB Kota Tasikmalaya, Tuntaskan Masalah Putus Sekolah
“Setelah kader kesehatan ke lapangan, kita akan melaksanakan monitoring dan evaluasi secara bertahap. Ketika Desa Sukajadi sebagai pilot project berhasil, nantinya bisa ditularkan ke desa lainnya,” katanya.
Bendahara Desa Sukajadi Deni Hermawan menyampaikan terima kasih atas kolaborasi tim PPDS yang berasal dari tiga perguruan tinggi yakini Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, Poltekkes Kemenkes Surakarta, dan Universitas Gajah Mada untuk menangani menangani kasus stunting di sini. Sebab, stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.
“Bicara stunting, bukan persoalan hari ini saja tetapi menyangkut masa depan masa depan anak kita. Oleh karenanya penanganan stunting harus menjadi prioritas, sehingga kedatangan tim PPDS sangat penting bagi kami,”ujarnya.
Oleh karenanya, ia pun berpesan kepada para kader kesehatan diharapkan bisa menyerap ilmu dari tim PPDS dan bisa diaplikasikan masyarakat agar melahirkan generasi yang kuat dan terbaik.
“Saya harap bisa menyerap ilmu dari tim PPDS ini sehingga bisa diterapkan kepada masyarakat. Tentunya dalam mendampingi Desa Sukajadi menuju Desa Zero New stunting,”katanya. (riz)