Lobster Makin Langka di Perairan Kabupaten Pangandaran, Diduga Penyebabnya karena Hal Ini

Lobster
Distribusi lobster siap konsumsi di Bojongsalawe Kabupaten Pangandaran beberapa waktu lalu. (Deni Nurdiansah/Radartasik.id)
0 Komentar

PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Perburuan benih baby lobster (BBL) di Kabupaten Pangandaran dianggap menjadi penyebab kelangkaan lobster. Jenis udang itu kini sulit ditemui di perairan Kabupaten Pangandaran, rumah makan maupun restoran.

Pelaksana Harian Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangandaran Mega Merdiana mengatakan, hasil tangkapan lobster siap konsumi setiap tahunnya mengalami penurunan.

“Secara grafis, tangkapan untuk komoditas itu di laut Pangandaran terus mengalami penurunan sejak 5 tahun terakhir,” jelasnya, Jumat 25 Agustus 2023.

Baca Juga:Perilaku Hewan di Cagar Alam Kabupaten Pangandaran Berubah, Ini Diduga yang Jadi PenyebabSungai Citanduy Surut, Warga Memaanfaatkan untuk Menjala Ikan dan Berenang

Hasil Tangkapan Lobster Terus Turun dari Tahun ke Tahun

Sebagai contoh, tahun 2017 hasil tangkapan lobster dewasa dan siap konsumsi di Kabupaten Pangandaran sebanyak 4,6 ton dalam setahun. “Pada tahun 2021, tangkapan hanya 1,6 ton saja,” jelasnya.

Kemudian tahun 2022, tangkapannya menurun menjadi 1,2 ton. Dan pada Juli 2023, kembali menurun. Hanya mencapai 52,79 kilogram.

Ia mengatakan, hewan yang memiliki nama ilmiah nephropidae ini seharusnya bisa ditangkap dan dikonsumsi saat berat 200 gram hingga 1 kilogram. “Untuk harga lobster sendiri antara Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta,” kata Mega Merdiana.

Mega Merdiana mengatakan, menangkap BBL memang tergolong lebih mudah dan tidak memerlukan biaya operasional besar. Namun, untuk satu ekor BBL hanya dijual Rp 3.000, sementara jika kondisinya bagus Rp 15 ribu per ekor.

“Karena mereka jual ke pengepul, sementara kalau sesuai regulasi harus jual ke budidaya. Namun di Pangandaran belum ada pembudidaya,” ucapnya. (*)

0 Komentar