“MKKS mendorong bukan hanya guru Bahasa Indonesia saja, termasuk guru lainnya. Untuk bisa membuka diri dan mindset mengikuti perubahan. Apalagi kurikulum sudah ada perubahan cukup signifikan, yaitu dengan kurikulum merdeka ini,” terang dia.
Dia menambahkan, untuk kurikulum merdeka ini, ada tiga konsep. Yaitu merdeka belajar tahap satu, merdeka berubah dan merdeka berbagi.
“Memang hampir seluruh sekolah negeri untuk kelas 10 sudah kurikulum merdeka, untuk swasta hanya beberapa saja. Jadi tidak semua berdasarkan kemampuan sekolah masing-masing,” ujar dia.
Baca Juga:Semangat Bangkitkan Ekonomi Lebih Kuat, Plaza Asia Tasikmalaya Rayakan HUT RI dengan Aneka LombaSMK Al-Khoeriyah Tasikmalaya Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa
Dia menambahkan, jangan sampai guru-guru hanya terpaku kepada satu kepuasaan atau keahlian yang didapatkan saja. Masih banyak kemampuan dan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Budi Riswandi MPd menjelaskan, FKIP Bahasa Indonesia Unsil melaksanakan pelatihan tentang pemanfaatan sastra daerah atau Folklor sebagai bahan ajar sastra dalam upaya pembentukan karakter peserta didik pada MGMP Bahasa Indonesia SMA/MA di Kota Tasikmalaya.
“Kita melakukan semacam respons terhadap bahan atau buku ajar yang hari ini berkembang di sekolah terkait cerita rakyat yang dijadikan bahan ajar yang sudah familiar, cerita rakyat umum di Indonesia,” ungkap Kang Bode, sapaan akrabnya.
Menurutnya, karena tinggal di Tasikmalaya, maka dari itu harus ada respons bagaimana upaya mengenalkan cerita rakyat yang ada di Tasikmalaya.
“Contoh kenapa tidak kita berbicara, tentang tokoh atau asal usul nama daerah di Kota Tasikmalaya, atau asal usul seperti Situ Gede. Kita perlu menggali cerita rakyat yang berkembang di Kota Tasikmalaya, untuk dikenalkan lewat bahan ajar ke peserta didik,” paparnya.
Tujuannya agar tidak berjarak dengan realitasnya. Apa yang terjadi di buku paket atau bahan ajar. Dan guru tidak terpaku atau fokus kepada buku atau bahan ajar tersebut.
“Guru yang kreatif nanti akan mencari celah lain supaya konteks dan teksnya didekatkan dengan siswa dekat sekolahnya. Dilaksanakan untuk mengenalkan cerita rakyat yang hidup dan tumbuh di Kota Tasikmalaya agar bisa terbaca oleh khalayak umum,” paparnya.