TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Perilaku keluarga sadar gizi yang rendah akan berdampak pada status kesehatan dan gizi balita, salah satu efeknya menderita stunting.
Hal ini terjadi di Kota Tasikmalaya, karena menjadi salah satu kota yang menjadi prioritas intervensi stunting. Secara akumulatif pada tahun 2022 didapatkan prevalensi stunting sebanyak 22,4 persen, angka ini masih cukup tinggi. Sedangkan pemerintah, tahun 2024 menargetkan penurunan angka stunting hingga di bawah 14 persen.
Oleh karenanya, Dosen Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya melaksanakan Pengabdian bagi Masyarakat Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat (PbM-PPKM) pada Posyandu Rosella dan Posyandu Flamboyan di Kelurahan Lengkongsari Kecamatan Tawang, Minggu-Senin (13-14/8/2023).
Baca Juga:Informa Living Plaza Tasikmalaya Tawarkan Smart Set, Satu Paket Dapat 5 Jenis Furnitur, Harga Lebih MurahGerakan Pramuka Kwaran Kecamatan Mangkubumi Tasikmalaya Cetak Generasi yang Profesional dan Proporsional
Dengan bentuk pengabdiannya melakukan pelatihan kader posyandu tentang pengolahan bahan pangan tinggi protein hewani sebagai alternatif pencegahan stunting. Dikerjakan oleh Tim Pengabdian Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Unsil Tasikmalaya, yaitu; Yana Listyawardhani MKM, Dika Betaditya, SGz MPH, Luh Desi Pusparini STGizi MGizi, dan Luthfi Yulmiftiyanto SPi MSi.
Ketua Tim Pengabdian Dosen Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Unsil Tasikmalaya Yana Listyawardhani MKM mengatakan, pengabdian ini mengambil sasaran di Kelurahan Lengkongsari, karena kurangnya pengetahuan mengenai pengolahan bahan pangan tinggi protein hewani sebagai alternatif pencegahan stunting. Oleh karena itu target tim pengabdian terkait kasus stunting, melakukan edukasi pentingnya konsumsi bahan pangan tinggi protein hewani sebagai alternatif pencegahan stunting.
“Dengan kegiatan edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pemangku kebijakan, kader dan ibu Posyandu di Kelurahan Lengkongsari mengenai pentingnya pemberian gizi seimbang bagi balita untuk mengantisipasi kejadian stunting. Tentunya untuk menjadikan generasi penerus lebih baik dan kuat,” katanya kepada Radar, Selasa (15/8/2023).
Lalu diberikan pelatihan pengolahan bahan pangan tinggi protein hewani sebagai alternatif pencegahan stunting. Sebab di wilayah Lengkongsari mudah mendapatkan bahan makanan, seperti ubi, jagung, sayuran, pisang, dan makanan tinggi protein hewani (ikan mas, gurami, dan lele).
“Berlimpahnya bahan pangan lokal yang terdapat di Kelurahan Lengkongsari bisa untuk pencegahan stunting. Sehingga kita melakukan pelatihan melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang memiliki kandungan gizi tinggi khususnya protein hewani,” ujarnya.