TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Saruni adalah nama sungai yang terletak di Kampung Cipeundey RT 01/RW 07 Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Nama Saruni sendiri merupakan idiom dari Bahasa Sunda, yaitu susukan, walungan, atau wahangan yang berarti sungai.
Tetapi masyarakat Desa Cipakat, jika ditanya soal Saruni maka yang terbayang dalam benaknya adalah TPS alias tempat pembuangan sampah.
Baca Juga:Panduan Diet Sehat Tanpa Perlu Pergi ke Pakar Gizi, Mudah Dijalankan dan Minim Efek SampingRahasia Mengobati Darah Tinggi dan Pencegahannya Menggunakan 2 Bahan Alami
Sampah-sampah organik maupun non-organik itu menghiasi dinding sungai yang lumayan panjang, sekitar 15 meter dan tinggi 7 meter.
TPS ini sudah digunakan sejak lama, sekitar sebelum Muktamar Cipasung Tahun 1994.
“Dulu air sungai Saruni sangat jernih. Dijadikannya Saruni sebagai tempat untuk mandi, mencuci pakaian, dan menggunakan Saruni untuk memanfaatkan airnya oleh masyarakat sekitar. Bahkan para santri yang berada di sekitar daerah Desa Cipakat,” ungkap Deni Gusmo, ketua RT Cipeundeuy beberapa hari lalu.
Adanya Saruni memiliki sisi positif dan negatif. Sebagian masyarakat kecil yang hidup di sekitar Saruni mengambil manfaat dengan mengkolektifkan barang bekas dan sampah-sampah yang dapat didaur ulang atau dijual kepada bandar.
Tiap 1 kg botol bekas air mineral atau kertas seperti kardus dibandrol dengan harga Rp.3000 – Rp 5000.
Adapun untuk barang bekas lainnya, mereka daur ulang. Pakain-pakain bekas mereka cuci dan dimanfaatkan.
Atau nasi-nasi bekas kerap kali diolah kembali, untuk dijemur lalu dikonsumsi atau dijadikan pakan hewan peliharaan mereka seperti ayam dan ikan.
Baca Juga:Mizan Amanah Gelar Santunan dan Pencegahan Stunting bersama Mahasiswa UI di Sukabumi6000 Pegawai Negeri di Kabupaten Ciamis Pensiun Tiap Tahun, PPPK Jadi Tambahan Tenaga
Besar kecilnya penghasilan yang didapat menjadi jembatan berkah sehingga mereka dapat memberi nafkah, bekal anak-anak atau biaya sekolah. Itu diantara peran sampah pembawa berkah.
Namun faktanya, selain berdampak positif, dampak negatif juga dirasakan masyarakat sekitar. Antara lain terjadinya penyumbatan pada hilir sungai yang berujung di Sungai Ciwulan.
Selain itu, masyarakat Cipeundeuy juga merasa tak nyaman dengan aroma tak sedap dari tumpukan sampah, serta adanya lalat-lalat atau belatung yang muncul dari tumpukan sampah.