RADARTASIK.ID – Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah salah satu masalah kesehatan global yang mendesak perhatian.
Ini adalah kondisi di mana tekanan darah dalam arteri secara terus-menerus tinggi.
Jika tidak diatasi dengan tepat, dapat berdampak serius pada kesehatan jantung, pembuluh darah, dan organ vital lainnya.
Baca Juga:Mizan Amanah Gelar Santunan dan Pencegahan Stunting bersama Mahasiswa UI di Sukabumi6000 Pegawai Negeri di Kabupaten Ciamis Pensiun Tiap Tahun, PPPK Jadi Tambahan Tenaga
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut “pembunuh diam-diam” karena dapat berkembang tanpa gejala yang jelas, namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, dan gagal jantung.
Pengobatan hipertensi yang tepat guna memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
Dengan mengelola tekanan darah secara efektif, kita dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular yang mengancam jiwa.
Upaya untuk mengontrol hipertensi melibatkan kombinasi antara gaya hidup sehat, pengobatan konvensional, dan pendekatan alternatif, seperti penggunaan bahan alami.
Menurut data kementrian kesehatan penderita hipertensi di Indonesia saat ini mencapai 21% dari populasi.
Hipertensi dapat memicu penyakit serius seperti jantung, otak, kerusakan hati, hingga ginjal. Maka dari itu diperlukan pola hidup sehat dan pencegahan dini terjadinya hipertensi.
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 9,5%, sedangkan di Jawa Barat sebanyak 29,4% (Kemenkes RI, 2013).
Baca Juga:Mobil Toyota Alphard yang Ditumpangi Bupati Pangandaran Terlibat Kecelakaan, Begini Nasib Para Penumpangnya Sekarang!Hati-hati! Banyak Jajanan Anak yang Ternyata Berbahaya
Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakitt dengan rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Karakteristik penderita hipertensi yaitu umur 55-64 tahun sebanyak 45,9%, kelompok umur 65-74 tahun sebanyak 63,8% (Kemenkes RI, 2016).
Sementara di Tasikmalaya, khususnya wilayah Singaparna, menurut data laporan Puskesmas Singaparna terdapat 144 kasus pada tahun 2018.
Sedangkan periode Januari sampai dengan Maret 2019 terdapat 127 kasus hipertensi atau darah tinggi dari 292 lansia di Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna.