TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Derasnya arus informasi di era digital belum diimbangi dengan literasi masyarakat yang cukup. Sehingga tak jarang memicu kegaduhan dan memperbesar potensi konflik horizontal.
Merespons fenomena tersebut Yayasan Bina Insan Sukapura Kota Tasikmalaya menghelat pelatihan wawasan kebangsaan. Sebab, kendurnya pemahaman akan jati diri bangsa ditambah mudahnya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, tersebar di media sosial. Hal itu berpengaruh terhadap kelangsungan kerukunan masyarakat.
“Makanya di pelatihan ini kami hadirkan pemateri dari kepolisian untuk mengingat lagi Ideologi Pancasila. Sebab, faktual sekarang baru sebatas jargon dan nilai-nilai Pancasila belum tersublimasi dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ketua Yayasan Miftah Farid usai membuka pelatihan di Hotel Mangkubumi, Minggu (6/8/2023).
Baca Juga:3 Calon Kepala Sekolah di Kota Tasikmalaya Terancam Batal Dilantik? Imbas Lambatnya Rotasi Mutasi KepsekTak Ada Penerus, Tiga Kesenian dan Budaya Khas Ciamis Ini Akhirnya Punah
Menurutnya hal tersebut ditandai dengan masih sensitifnya publik hari ini kaitan urusan toleransi. Perbedaan antar golongan atau kelompok masih menjadi persoalan. Maka, ia pun menghadirkan perwakilan kalangan media massa dalam pelatihan itu supaya masyarakat sedikit banyaknya bisa mencermati informasi yang begitu mudah diterima di smartphone.
“Kemudian kita hadirkan GM Radar Tasikmalaya (M Ruslan Hakim), agar mengedukasi warga merespons informasi di medsos. Seperti apa itu hoaks, ujaran kebencian, propaganda, agar masyarakat bisa membedakan dan tak mudah tergiring informasi yang belum jelas kebenarannya,” analisis Miftah.
Aktivis Pemuda Kota Resik itu mengatakan publik harus mulai lebih bijak dalam menggunakan medsos. Juga agar mencerna lebih dahulu informasi yang tersebar di medsos dan tidak menelannya mentah-mentah. Apalagi langsung menyebarkannya kepada pihak lain. Hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman ataupun mispersepsi dari masyarakat luas.
“Kita juga hadirkan mantan napiter sebagai narasumber pelatihan ini, yakni Ustad Gilang Taufiq mantan Komandan Penyerangan Mako Brimob 2018 lalu. Supaya memberikan gambaran bagaimana paham terorisme, pengalaman menjalani hukuman dan pasca itu. Negara justru hadir merangkul, sehingga tidak seperti yang dibayangkan. Membuat ia kembali menjadi warga negara yang seharusnya,” paparnya.