TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sasak Akar Santoaan adalah salah satu dari sekian banyak tempat wisata di Tasikmalaya yang memukau dan masih asri.
Dikelilingi hamparan sawah dan view bukit menjadikan Sasak Akar Santoaan cocok sekali untuk merefleksi otak kita dari jenuh dan lelahnya keseharian.
Objek wisata ini berlokasi di kampung Sataru Desa Tenjonagara Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
Baca Juga:Nicke Widyawati, Wanita Asal Tasikmalaya Ini Layak Jadi Calon Wakil Presiden 2024, Hartanya Capai Rp 98 Miliar!Arga Hot Springs Water, Sensasi Berendam Air Panas Dikelilingi Pohon Pinus
Sasak Akar Santoaan merupakan jembatan sepanjang 7 meter yang terbuat dari akar karet dan merupakan penghubung antara kampung Sataru dengan kampung Kadugede.
Pada awalnya, akar karet itu terlihat berpotensi untuk dijadikan jembatan oleh Ki Abbas.
Beliau juga menjadi orang pertama yang membentangkan akar karet ketika melewati jurang setinggi dua setengah meter tersebut.
Kemudian seakan menjadi komando para warga yang melintas pun ikut melakukan hal tersebut. Sehingga jadilah Sasak Akar Santoaan atau berarti jembatan dari akar yang melewati jurang dan nama Santoaan konon diambil dari nama leluhur.
Awal Mula Sasak Akar Santoaan Dikenal Masyarakat
Pada tahun 2009 silam, para pengunjung dari berbagai daerah berdatangan untuk berziarah ke makam Haji Wiranata Kusuma Santoaan yang merupakan leluhur di daerah itu, namun seiring berjalannya waktu para penziarah mulai melirik keunikan dari jembatan akar karet tersebut.
Selain karena keunikannya, juga ada sungai yang bisa dipakai berenang dan beberapa tempat yang bisa dipakai botram (makan bersama) sambil menikmati keadaan sekitar yang masih asri dan belum terjamah polusi.
Sasak Akar Santoaan saat ini dikelola langsung oleh warga sekitar dan masih dalam proses perkembangan.
Baca Juga:PPK Singaparna, PPS Cikunir, Bersama PIP Kominfo Berkolaborasi Meningkatkan Partisipasi MasyarakatSemarakkan HUT RI, Informa Hadirkan Furniture dan Dekorasi Rumah Buatan Indonesia
For your information, sobat, wisata ini cocok banget nih buat kalangan remaja dan mahasiswa yang low budget, sebab untuk saat ini belum ada pembayaran tiket masuk, kita hanya perlu membayar seikhlasnya dan izin untuk menitipkan motor ke warga setempat.
Para pemuda pemuda pernah mengurus izin dan sebagainya agar wisata ini bisa diurus warga setempat dan berkolaborasi dengan pemerintah desa yang tujuannya agar ada bantuan dari pihak pemerintah, untuk akses jalan lebih baik lagi.