Mereka lebih suka menggunakan gadget atau komputer yang dilengkapi dengan Aksesibilitas Audio sebagai media komunikasi.
“Saat ini banyak disabilitas nentra yang tidak bis abaca tulis, sekarang timbul pertanyaan apakah Huruf Braille masih Relevan bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Era Digital sekarang ini?,” kata Agus.
Berdasarkan hasil Webinar yang di selenggarakan oleh Yayasan Louis Braille Indonesia pada tahun 2020 dan 2021 yang diikuti oleh 624 peserta dari berbagai profesi.
Baca Juga:Cari Peluang Stabilkan Harga Komoditas, Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah Kunjungi Rumah Potong Ayam di CiamisSoal Rotasi Mutasi, Dari Rencana Pemanggilan Menjadi Pertemuan di Bale Kota Tasikmalaya, Ada Apa dengan Komisi I?
Pentingnya kemapuan baca tulis Braille, dipandang 90 persen peserta masih sangat relevan.
Bagi penyandang Disabilitas sensorik netra, menurut Agus, baca tulis huruf Braille merupakan ketrampilan yang harus dimiliki sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
“Dengan baca tulis huruf Braille, penyandang disabilitas sensorik netra dapat mengaktualisasikan kemampuannya serta dapat berkarya. Sementara, teknologi digital hadir tidak untuk menggantikan ketrampilan membaca dan menulis huruf Braille melainkan sebagai sarana pendukung yang keduanya saling melengkapi,” jelasnya.
Agus tak menyangkal gadget pun memiliki kelebihan, diantaranya dalam penggunaan gadget relatif lebih cepat, hubungan komunikasi lebih luas tidak terbatas pada penyandang disabilitas netra saja.
Tidak butuh tempat yang luas untuk penyimpanan. Agus mencontohkan dalam hal membaca Al Qur’an dan notasi musik keterampilan membaca huruf Braille mutlak di perlukan. Dalam mengetahui tanda baca kitab secara benar.
“Dari kenyataan ini, maka keterampilan baca tulis huruf braille bagi penyandang disabilitas sensorik netra tetap harus diajarkan, jika tidak maka akan melahirkan generasi disabilitas sensorik netra yang buta mata juga aksara,” khawatirnya.(igi)