Dosen Unsil Tasikmalaya Digitalisasi Produk Kerajinan Golok Galonggong

Unsil
Tim PbM-PPEK yakni; Indi Ramadhani SE MM, Alfin Nurfahmi Mufreni SE MT, Vivi Indah Bintari SE MM dan Lucky Radi Rinandiyana SE MSi bersama peserta dari pengrajin produk kerajinan golok galonggong Desa Cilangkap-Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (29/7/2023). (Fatkhur Rizqi/Radar Tasikmalaya)
0 Komentar

Mengingat Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu penghasil seni kerajinan yang beraneka ragam jenisnya dan masih mempertahankan tradisi. Salah satu daerah yang di Jawa Barat yang menjadi penghasil seni kerajinan rakyat atau home industry adalah Kampung Galonggong yang menghasilkan golok galonggong.

“Kampung Galonggong terdapat di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya kebanyakan bermata pencaharian sebagai pengrajin golok. Sebab, kerajinan tersebut sudah ada lebih dari ratusan tahun yang lalu dan sudah menjadi tradisi turun temurun di kampung tersebut,” ujarnya.

Tentunya produk golok galonggong ini, selain untuk alat perkakas yang mesti ada di rumah. Tentunya juga memiliki nilai seni tinggi, terutama para kolektor untuk benda hias.

Baca Juga:STMIK DCI Tasikmalaya Latih Masyarakat Agar Melek Literasi DigitalDosen Matematika Unsil Tasikmalaya Lakukan Penguatan SMK Lewat Modul Ajar Software Matematika

“Golok galonggong memiliki keunikan tersendiri bisa sebagai perkakas atau benda hias di rumah,” katanya.

Kelompok Pengrajin Golok Semangat Maju Bersama Kampung Galonggong Desa Cilangkap Kecamatan Manonjaya Dede Yayat Hidayat menyampaikan sebanyak 11 orang pengrajin atau bidang pemasaran golok galonggong mengikuti pelatihan digitalisasi produk dari dosen Fakultas Ekonomi Unsil. Dengan mendapatkan pelatihan foto produk dan pembuatan website.

“Karena, terkendala oleh penjualan produk golok galonggong baru sebagian pasar di dalam negeri dan belum ke luar negeri. Pengabdian Unsil ke pengrajin golok galonggong sangat dinantikan bisa memperluas jangkauan penjualan produk golok galonggong ini,” ujarnya.

Sebelumnya, sambung ia, walaupun sudah menggunakan pemasaran digital tetapi masih asal-asalan, sehingga kalah bersaing dengan barang dari luar kota bahkan luar negeri. Untuk itu mereka diajarkan teknik marketing digital yakni mulai foto produk hingga penjualan produk dengan website.

“Oleh karenanya, hasil pembelajaran ini bisa bermanfaat bagi pengrajin golok galonggong. Tentunya diminta kepada pengrajin terus mempraktekkannya dan dikembangkan agar dapat bersaing dengan barang lainnya,”katanya.

Supaya masyarakat luar bisa paham   kualitas golok galonggong yang unggul daripada golok yang lain. Dengan memiliki harga bersaing yakni untuk standar Rp 150.000- Rp 500.000  dan khusus koleksi Rp 500.000-3,5 juta untuk ukuran bisa 20 sentimeter (cm), 30 cm, dan 40 cm. (riz)

0 Komentar