TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kasus tabungan siswa yang dipakai oleh Eks Kepala Sekolah jangan sampai berdampak pada terganggungnya hak pendidikan anak. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya bereaksi terkait kasus tabungan siswa. Yakni dengan mengunjungi SDN 1 dan 3 Pakemitan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengaku khawatir kasus tabungan tersebut berpengaruh pada pembelajaran siswa yang tentunya masih anak-anak. Maka dari itu pihaknya merasa perlu untuk berkoodinasi dengan pihak sekolah.
“Hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan agar tetap terpenuhi,” ungkapnya.
Baca Juga:Ssst! Petugas BNN Kota Tasikmalaya yang Pakai Narkoba Sudah Kembali Berdinas, Cukup Direhab Saja?Rp 5.000 Untuk 1 Suara Partai, Masih Berlaku di Kota Tasikmalaya Tahun 2024
Simpul pendidikan untuk anak tentunya ada di para gurunya. Sementara para guru sendiri dengan kasus ini tidak bisa dipungkiri ikut tertekan. “Yang jadi korban itu bukan semata-mata siswa, tapi juga guru-guru di sini,” terangnya.
Maka dari itu pihaknya bersilaturahmi dengan guru SDN 1 dan 3 Pakemitan untuk memberikan dukungan. Supaya mereka bisa tetap tegar dan memberikan pembelajaran sebagaimana mestinya. “Kami berikan penguatan,” katanya.
Dari silaturami tersebut pihaknya bersama guru memiliki satu komitmen. Yakni menjamin pendidikan terhadap anak tetap berjalan. “Haknya tidak boleh dihilangkan dalam mendapatkan pendidikan,” terangnya.
Perwakilan Guru SDN 3 Pakemitan Ahmadi Pribadi menyadari di tengah polemik yang terjadi, ada kewajiban yang tetap tidak bisa ditinggalkan. Di mana para siswa harus tetap bisa belajar sebagaimana mestinya. “Untuk memberikan pelayanan terbaik dalam hal pendidikan terhadap anak-anak (siswa),” ucapnya.
Diakuinya bahwa guru-guru SDN 3 Pakemitan tentu secara mental terganggu. Namun menurutnya hal itu manusiawi, dan dia bersama guru lainnya tetap mengajar sebagaimana biasanya. “Pembelajaran berjalan seperti biasa karena kami menjunjung tinggi profesionalisme sebagai guru,” katanya.
Sejurus dengan itu Plt Kepala SDN 1 Pakemitan Engkus Kusmayati juga mengakui secara psikis guru-guru di tempatnya mengalami drop. “Wajar lah kalau pendidik mengalami beban mental, karena ini persdoalan yang tidak kecil,” katanya.