“Komoditas telur ayam ras menjadi penyumbang inflasi pada bulan Maret, Mei dan Juni 2023 disebabkan pelaksanaan bansos yang menyertakan komoditas telur di sisi lain produksi masih rendah,” katanya.
Untuk komoditas buah naga mengalami inflasi dikarenakan belum memasuki masa panen serta pasokan impor dari China yang belum optimal.
“Selama ini memang inflasi dipicu komoditi pangan. Maka agar inflasi di Kota Tasikmalaya maupun Priangan Timur tetap terjaga, Bank Indonesia menggencarkan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” ungkapnya.
Baca Juga:Menilik Hijaunya Bisnis Selada Hidroponik, Desa Tanjungpura Mampu Berdikari Optimalkan PotensiFaperta Unsil Tasikmalaya Optimalkan Produk Olahan Pertanian
Ada tujuh program unggulan GNPIP terdiri dari dukungan pelaksanaan kegiatan operasi pasar/pasar murah/SPHP, penguatan ketahanan pangan strategis, perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD), dukungan untuk subsidi ongkos angkut, peningkatan pemanfaatan alsintan dan saprotan, penguatan infrastruktur Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) di antaranya neraca pangan daerah, serta penguatan koordinasi dan komunikasi untuk menjaga ekspektasi inflasi.
Program unggulan ini disusun mengacu pada peta jalan pengendalian inflasi 2022-2024 dan strategi pengendalian inflasi GNPIP 2023 yang mengedepankan upaya stabilitas harga yang bersifat struktural, forward looking, dan berbasis digital untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.
“GNPIP ini sudah dan sedang dilaksanakan oleh KPwBI Tasikmalaya. Harapannya gerakan ini menjadi langkah konkret bersama untuk mengendalikan tekanan inflasi pangan, mendorong produksi, serta mendukung ketahanan pangan nasional yang akan mendorong terjaganya daya beli, serta pemulihan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya. (na)