Soni Erlangga menyebutkan saat ini belum ada fasilitas khusus wisata selain area camping, warung, dan toilet. Pengelolaan Bukit Tegal Malaka juga hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di Kecamatan Rancabango.
“Bekeja sama dengan kompepar, karang taruna, bumdes, semuanya tergabung dalam Kelompok Tegal Malaka,” tutur Soni Erlangga.
Camping di Bukit Tegal Malaka
Menurut Soni Erlangga, pengunjung yang datang ke Bukit Tegal Malaka kebanyakan untuk sekadar menikmati waktu bersantai sambil memandang keindahan Gunung Guntur dan Kota Garut dari atas bukit.
Baca Juga:Ada 2 Gerbang Tol Getaci, Sektor Pariwisata Bisa Diuntungkan, Politisi PKS Minta Pemkab Garut Persiapkan diri2 Gerbang Tol Garut Dapat Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Pemkab Harus Persiapkan Infrastruktur Penunjang Tol Getaci
“Kebanyakan pengunjung yang ke sini beralasan untuk niis atau healing,” tutur Soni Erlangga.
“Kalau malam kebanyakan untuk menikmati city light, kalau siang yang bisa dimikmati itu padang savana dan itu yang menjadi ikon di sini,” katanya.
Menurut dia, para pengunjung juga bisa mendirikan tenda di kawasan camping ground. “Buat camping juga ada. Pengunjung hanya membayar Rp 15.000 per orang untuk kebersihan,” tutur Soni Erlangga.
“Rp 15.000 itu untuk air karena di sini itu tidak ada air. Terus kita harus ngambil dari bawah diangkut pakai mobil itu menjadi kendala kendala disini karena tidak adanya air,” jelas Soni Erlangga.
Soni Erlangga menyebutkan ada hal unik jika ingin camping di Bukit Tegal Malaka. Yakni para pengunjung mesti membawa bibit pohon untuk ditanam di area bukit. Hal tersebut sebagai upaya pelestarian alam Tegal Malaka.
“Ini sebagai edukasi kepada para pengunjung dan juga untuk menjaga lingkungan,” katanya. (*)