Bukit Tegal Malaka mulai banyak dikenal setelah banyak para pengunjung yang membuat konten lalu diunggah ke media sosial (medsos). “Banyak yang datang ke sini karena banyak pengunjung yang memviralkan,” terangnya.
Menurut Ahmad Sugianto, apabila bukit ini berubah statusnya menjadi objek wisata alam, pihaknya akan menyiapkan konsep penataan wisata. “Kalau menurut pengajuan itu ada desain akan dijadikan konsep natural tidak mengubah alam,” tuturnya.
“Area bekas tanaman kita jadikan untuk camping ground, intinya konsepnya natural karena tujuan awal kami adalah pelestarian alam,” ungkap Ahmad Sugianto.
Baca Juga:Beralih ke Siaran Digital, Siaran Analog Televisi Nasional Dimatikan, Ini Keuntungan Migrasi ke Analog Switch-Off Menurut Pemerhati Industri TelevisiNex Parabola Tawarkan Paket Liga Inggris dengan Harga Diskon di Pulsapedia
Marketing Bukit Tegal Malaka Soni Erlangga menjelaskan pengunjung hanya membayar parkir dan kebersihan saja. Tarif untuk sepeda motor sebesar Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000. “Untuk tiket masuk sendiri kita belum menetapkan,” jelasnya.
Menurut Soni Erlangga, sejauh ini belum ada fasilitas khusus wisata selain area camping, warung, dan toilet. Pengelolaan bukit ini pun hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di Kecamatan Rancabango.
“Bekeja sama dengan kompepar, karang taruna, bumdes, semuanya tergabung dalam Kelompok Tegal Malaka,” ucap Soni Erlangga.
Soni Erlangga mengungkapkan pengunjung yang datang ke Bukit Tegal Malaka kebanyakan untuk sekadar menikmati waktu bersantai seraya memandang keindahan Gunung Guntur dan Kota Garut dari atas bukit.
“Kebanyakan pengunjung yang ke sini beralasan untuk niis atau healing,” ujar Soni Erlangga.
“Kalau malam kebanyakan untuk menikmati city light, kalau siang yang bisa dimikmati itu padang savana dan itu yang menjadi ikon di sini,” lanjut Soni Erlangga.