Kemudian pada September tahun 1945, anggota-anggota teknik pesawat di Pangkalan Udara Andir Bandung mendapat berita bahwa ternyata Lanud Cibeureum Tasikmalaya telah berhasil dikuasai oleh para pemuda dan rakyat Tasikmalaya.
Hal tersebut menjadi kegembiraan dan kebanggaan bagi para insan dirgantara. Juga menimbulkan motivasi untuk memanfaatkan fasilitas yang ada. Berbekal kecintaan terhadap bendera negara yaitu merah-putih, tanggal 27 Oktober 1945 Basir Surya dan Tjarmadi memperbaiki pesawat Nishikoren peninggalan Jepang itu.
“Dengan peralatan seadanya memperbaiki pesawat peninggalan Jepang dan diberi identitas dengan tanda Merah Putih dengan memberi warna putih pada bulatan merah bendera Jepang dan berhasil diterbangkan oleh Adisutjipto mengelilingi lapangan terbang Maguwo Yogyakarta,” kata dia.
Baca Juga:Membangun Budaya Komunikasi yang MempersatukanSpekulasi Pergeseran Pegawai Terus Berkembang, Pemkot Didorong Beri Kepastian Soal Nama Kadis yang Akan Digeser
“Kemudian, dengan dibantu delapan orang teknisi dan Pangkalan Udara Andir kembali memperbaiki pesawat Nishikoren dengan tanda segi empat merah putih dan diterbangkan oleh Adisoetjipto tanggal 7 Nopember 1945 dengan mengelilingi Tasikmalaya selama 30 menit,” sambung dia.
Adanya monumen pesawat di pusat kota, Adi berharap masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai kedirgantaraan. Selain itu, bisa menjadi ikon baru dan destinasi wisata bagi masyarakat.
“Ini mudah-mudahan bisa menjadi pusat kreativitas disini dalam artian masyarakat lebih cintai lagi terhadap dirgantara dan lebih mengetahui bahwa disininya sebetulnya ada bandara Tasikmalaya atau Kota Tasikmalaya punya bandara,” harap Adi.(igi)