Papua Nugini sendiri kapasitas terpasang listriknya saat ini secara kumulatif sebesar 1,2 gigawatt (GW). Seluruh kebutuhan listrik di Papua Nugini dipasok dari PLTA, PLTGU, PLTD, Biomassa dan Tidal Power Plant yang berada di bawah naungan PNG Power.
Melihat struktur tersebut, Papua Nugini membutuhkan pasokan listrik, khususnya di daerah daerah perbatasan dengan Indonesia.
Deputi Perdana Menteri Papua Nugini, John Rosso menuturkan bahwa hubungan diplomatis antara Papua Nugini dengan Indonesia telah terjalin erat sejak lama. Kerjasama ini akan menjadi salah satu penguat hubungan diplomatis kedua negara dan rakyat.
Baca Juga:PLN Mengambil Langkah Agresif dalam Transisi Energi Melalui 28 Jalinan Kerjasama pada EBTKE Conex 2023Sukses Menerapkan SMK3, PLN UIT JBT Raih Penghargaan K3 dari Kemenaker
“Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri kami menjadi sinyal untuk memperkuat hubungan diplomatis maupun ekonomi kedua negara. Kami sangat ingin menindaklanjuti hal tersebut,” ujarnya.
John Rosso juga menegaskan bahwa salah satu tantangan di Papua Nugini saat ini adalah kurangnya pasokan listrik. Bukan hanya itu, harga listrik juga mahal. Untuk itu lah Papua Nugini membuka kemitraan dan kerjasama untuk bisa menghadirkan pasokan listrik yang andal dan lebih murah.
“Kami melihat PLN memiliki kompetensi dalam hal ini. Kami menemukan salah satu solusi untuk menjawab persoalan kami yaitu melakukan bisnis dan kemitraan dengan PLN,” tegas John Rosso. (dik)