TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sekitar 14 instansi di Lingkungan Pemkot Tasikmalaya, menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) XVI Tahun 2023.
Event yang dihelat pada tanggal 10-14 Juli itu dilangsungkan di Kota Makasar, Sulawesi Selatan.
Namun, terbatasnya anggaran Pemkot Tasikmalaya berimbas terhadap sejumlah agenda yang biasanya dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi seni budaya, atau produk kreatif khas daerah.
Baca Juga:Terungkap! Ternyata Ini Calon Lokasi Exit Tol Getaci di Kabupaten Ciamis yang Sebenarnya, Ciamis Bakal Lebih Rame NihTindaklanjut Penanganan Miras di Kota Tasikmalaya Antiklimaks
Sehingga, tidak melibatkan para pegiat seni yang biasanya ikut rombongan Pemkot untuk andil dalam karnaval budaya dalam rangkaian Apeksi.
Termasuk tak ikut meramaikan stan UMKM yang menjadi wadah promosi produk khas daerah pada ajang tersebut.
“Karena keterbatasan anggaran, jadi yang berangkat dari unsur pemerintah saja,” kata Kabag Pemerintahan Setda Kota Tasikmalaya Wawan Gunawan kepada Radar, Senin (10/7/2023).
Untuk karnaval, kata dia, bakal diisi talent yang berasal dari pegawai di sejumlah instansi. Hal itu mengingat tiket pesawat untuk terbang ke Makasar tidaklah murah. Yakni sekitar Rp 2 juta per orang.
“Pamerannya (pameran ekonomi kreatif, Red) kita absen (tidak ikutan, Red). Kadis KUMKM Perindag juga bahkan tidak ikut. Pawai atau karnaval juga tidak gunakan talent, tetapi oleh para pegawai saja,” paparnya.
Pada acara Rakernas Apeksi CVI itu, lanjutnya, Pemkot Tasikmalaya punya misi khusus. Yakni mereplikasi sistem yang ada di Makasar.
Di sana ada beberapa hal yang bisa diadopsi untuk Kota Tasikmalaya. Salah satunya soal jalan gang lingkungan warga yang dijadikan ruang terbuka publik dan juga pusat kuliner.
Baca Juga:Sampah di Sungai Ciwulan Kota Tasikmalaya Menumpuk Pasca Hujan Deras Minggu LaluJembatan Baru Ciamis-Tasikmalaya Akan Mulai Dibangun Tahun 2025, Pembuatan DED Ditarget Tuntas Tahun Ini
“Di kita (jalan gang) baru sebatas akses lingkungan warga. Di sana Gang itu jadi tempat selfie, KWT bercocok tanam, kreativitas pemuda, diskusi dan lainnya termasuk menjadi sarana menjajakan makanan olahan dan destinasi wisata,” papar pria yang biasa disapa Wagun ini.
Bahkan, lanjut dia, di Makasar, sudah dibentuk Dewan Lorong yang mengatur aktivitas gang-gang menjadi sarana yang bermanfaat lebih dari sekadar akses.