Yakni dengan melakukan kroscek ulang. Yakni mengambil data lain sebagai pembanding data terbaru yang dimiliki.
“Kaitan datanya kita akan kroscek lagi, sambil rencana pemasangan stiker juga sedang kita komunikasikan dengan berbagai elemen,” tuturnya.
Cheka optimis data terbaru soal kemiskinan itu nantinya bisa mengubah imej Kota Tasikmalaya sebagai daerah termiskin ke-3 di Jawa Barat. Sebab, secara kasat mata saja, pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya terbilang pesat.
Baca Juga:Dua Kursi Jabatan yang Kosong Akhirnya Terisi, Pejabat Baru Diminta Amanah95 Juta Pekerjaan Baru Diprediksi Akan Muncul di Tahun 2025 Menurut Pj Wali Kota Tasikmalaya, Apa Saja? Berikut Ini Contohnya
“Kita lihat saja tempat nongki-nongki kan rame-rame terus. Kalau gitu kan, bahwa kita gak sebegitunya kok (termiskin ke-3, Red). Namun, kita nanti akan padupadankan juga dengan data pembanding lain, agar bisa dapat hasil konkret,” tandasnya.
Cheka menyebut proses pendataan yang dilakukan mahasiswa IPDN semasa magang di Kota Tasikmalaya, telah sesuai dengan 9 indikator yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk kategorisasi kemiskinan. Data saat ini, sudah by name by address, koordinat, dan juga foto.
“Jadi bisa kita konkretkan lagi ke lapangan, kalau benar masuk ya masuk kategori miskin, yang tidak ya tidak. Support system itu paling penting. Kita bukan ingin melepas beban dengan mengurangi jumlah warga miskin, tapi jangan-jangan yang dulu masuk data, ternyata bukan beban. Bisa saja kan,” seloroh pria yang sebelumnya menjabat salah satu direktur di Kementerian Dalam Negeri itu.
Pendataan dan pemasangan stiker warga miskin, lanjut dia, bukan baru pertama kali dilakukan Pemda. Daerah lain pun sudah terlebihdahulu melakukan metode serupa. Tujuannya membangun kesadaran warganya agar tidak berpangku terhadap pemerintah ketika memang sudah masuk kategori mampu.
“Ini bukan hal baru, pernah dilakukan pemda lain, merasionalkan bahwa ada yang sadar bahwa, saya bisa berdiri di kaki sendiri tidak butuh supporting pemerintah,” tekadnya.(igi)