TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Tasikmalaya sudah memperhitungkan soal efek dari lapangan atau alun-alun Dadaha pasca revitalisasi. Beberapa strategi pun sudah mulai disiapkan untuk mencegah komplek Dadaha menjadi semerawut.
Kepala Disporabudpar Kota Tasikmalaya Deddy Mulyana mengaku sudah memperhitungkan hal tersebut. Di mana ada potensi lonjakan pengunjung dengan tampilan baru lapangan upacara atau alun-alun Dadaha. “Itu memang jadi perhitungan kami,” ungkapnya kepada Radar, Kamis (15/6/2023).
Pihaknya tentu tidak ingin Komplek Dadaha menjadi semerawut. Untuk itu pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi penataan. “Shelter (PKL) akan kita jadikan untuk parkir,” ungkapnya.
Baca Juga:Putusan MK Soal Sistem Proporsional Terbuka Pemilu 2024, PAN, PKB dan PKS Gembira, PDI Perjuangan Masih Tunggu IniSetiap Hari Sepeda Motor Yang Parkir di Jalan Cihideung Diangkut Satpol PP, Pengunjung Belum Sadar Juga
Untuk menata PKL sendiri, Disporabudpar akan memanfaatkan area yang sebelumnya merupakan lahan tidur. Yakni area di dekat lapangan softball yang dianggap cukup representatif.
Sejurus dengan itu, Kasubbag TU UPTD Pengelola Komplek Dadaha Yudi Mulyadi mengaku akan berkolaborasi dengan warga. Karena jika hanya mengandalkan petugas yang ada, pihaknya akan kewalahan. “Secara umum warga mendukung untuk menjaga Dadaha,” katanya.
Terkait PKL, salah satu titik paling rawan yakni di trotoar dan jalan sekitar lapangan upacara atau alun-alun. Karena dari kaca mata pedagang, semakin dekat pada keramaian maka semakin bagus.
Pihak UPTD pun akan mencegah adanya pedagang yang melapak di area tersebut. Karena jika ada satu saja pedagang yang melapak, maka akan memancing pedagang lain untuk melapak di sana. “Makanya kalau ada satu saja pedagang, kami akan langsung mengarahkannya untuk pindah,” katanya.
Soal potensi munculnya perdagang baru, pada dasarnya UPTD dan Disporabudpar menyiapkan area untuk pedagang. Namun tentunya yang menjadi prioritas adalah para pedagang lama.
“Karena pedagang lama saja sudah lebih dari 100,” imbuhnya.(*)