PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – PHRI Pangandaran mendukung aktivasi Bandara Nusawiru Kabupaten Pangandaran. Hal itu akan mendongrak kunjungan wisata ke Kabupaten Pangandaran.
Ketua PHRI Pangandaran Agus Mulyana mengatakan, aksesibilitas yang semakin mudah menuju ke Kabupaten Pangandaran akan mendongkrak jumlah wisatawan.
“Jika jumlah wisatawan meningkat, okupansi hotel (hunian, Red) juga akan meningkat,” katanya, Rabu (14/6/2023).
Baca Juga:TERUNGKAP! Kasus Perdagangan Orang di Kota Banjar, Korban Anak di Bawah UmurPPDB Tahun 2023 Jadi Perhatian Saber Pungli Kota Banjar, Sekolah-Sekolah Didatangi Cegah Pungutan Liar
Kata Agus Mulyana, minat untuk ke Kabupaten Pangandaran sebenarnya cukup tinggi dari para wisatawan.
Namun aksesibilitas menuju ke kabupaten paling ujung di Jawa Barat itu menjadi hambatan. “Dari Bandung bisa enam jam. Jadi cukup memakan waktu,” kata ketua PHRI Pangandaran.
Karena lamanya waktu tempuh menuju Kabupaten Pangandaran, sehingga wisatawan tidak bisa berlibur dengan waktu lama. “Jadi kalau dua hari gak akan bisa,” jelasnya.
“Harus jelas konektivitasnya, apakah dari Jakarta-Pangandaran, atau Yogya-Pangandaran,” kata ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia itu.
Selain aksesibilitas, kata Agus Mulyana, kunci utama untuk pariwisata adalah atraksi atau event. “Event ini harus memiliki kalender yang jelas, supaya wisatawan tahu kapan jadwal festival layang-layang misalnya,” jelasnya.
Selanjutnya adalah kenyamanan. Hubunganya dengan pelayanan. “Hal ini kaitanya dengan sumber daya manusianya,” ujarnya.
Salah seorang pengusaha wisata Edi Nuryadi berharap Bandara Nusawiru Kabupaten Pangandaran bisa diaktivasi. “Kalau kami para pelaku wisata ya berharapnya wisatawan semakin banyak, terutama para turis,” jelasnya.
Baca Juga:Sebelum Konser di Tasikmalaya Bersama Salma Salsabil, Padi Reborn Bakal Hadir di Bandung, Catat Tanggalnya!KABAR BAIK! Warga Terdampak Pembangunan Jembatan Parungsari Bakal Terima Santunan, Lurah: Belum Tahu Bentuk Bantuannya
Kata Edi Nuryadi, dulu jumlah turis lebih banyak di banding wisatawan lokal. “Kalau tahun 90-an masih banyakan wisatawan asingnya, guide itu yang dicari turis, bukan guide yang nyari turis,” katanya.