TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep Hendra mengimbau para penderita Sifilis tidak malu untuk berobat. Mereka bisa datang ke rumah sakit atau puskesmas pemerintah. Sebab obat untuk penyakit tersebut telah tersedia.
“Kalau ada gejala, lapor saja. Jangan takut, apalagi malu. Terutama luka di alat vital. Harapan kita setiap yang berprilaku berisiko, harus memeriksakan kesehatannya. Diambil sampel di darahnya, sebab kami ada tes cepat untuk bakteri itu, yang di drop Kemenkes. Kalau positif terinfeksi bisa segera ditangani,” ungkap Asep kepada wartawan, Minggu (11/6/2023).
Soal posisi Provinsi Jawa Barat masuk dalam peringkat kedua dengan kasus Sifilis tertinggi di Indonesia, dia menilai hal itu adalah kumulatif. Provinsi Jawa Bara memang punya jumlah populasi banyak. Namun jika di sisir per daerah, tidak semuanya punya jumlah kasus Sifilis yang tinggi.
Baca Juga:Kekosongan Jabatan Berimbas Pada Capaian Program yang DijalankanSTHG Jalin Kerjasama dengan PBH Peradi Tasikmalaya untuk Penempatan Mahasiswa Magang
“Di Jabar (kasus Sifilis) tinggi mengingat populasi relatif banyak. 20 persen populasi penduduk Indonesia adanya di Jabar, makanya tinggi. Sebetulnya kalau merujuk incident rate, tak beda dengan Jateng-Jatim, kalau dari pengamatan kami,” katanya.
Sementara untuk di Kota Tasikmalaya, ia menyebut kasus Sifilis yang termasuk dalam infeksi menular seksual (IMS) ini jumlahnya sedikit. “Kasus di kita, puluhan juga tidak sampai kok. Se-Jabar pun kita tidak masuk 10 besar,” jelas Asep.
Kasus IMS seperti Sifilis, lanjutnya, sebenarnya mudah dideteksi. Salah satunya saat pemeriksaan ibu hamil. Ketika menemukan pasien terindikasi positif Sifilis bisa langsung diterapi agar segera sembuh dan tidak berisiko menjangkiti calon bayinya.
Bakteri pembawa penyakit Sifilis, kata Asep, berbeda dengan virus HIV atau covid. Meski penyebabnya relatif sama dengan HIV. Yakni dampak dari gonta-ganti pasangan dalam pergaulan bebas.
“Sifilis itu masuk sexual transmitted desease, infeksi berhubungan dengan hubungan seksual. Perlu dipahami infeksinya tak seperti covid. Tapi dari hubungan badan, bukan airborne, akibat sentuhan nempel baru bisa pindah kumannya,” papar dia.