Setelah itu, perlu juga keterampilan untuk melakukan daur ulang sampah atau barang bekas. Maka dari itu pelatihan itu diberikan kepada ibu-ibu TCIC tersebut agar bisa menyulap sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.
Pihaknya berharap para peserta bisa mengembangkan hasil dari pelatihan tersebut. Sehingga ibu-ibu jadi penghasil rupiah atau pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif yang konsisten. “Kami juga memberikan pelatihan untuk manajemen keuangan sebagai bekal berwirausaha,” katanya.
Pembukaan pelatihan tersebut dihadiri juga Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Deddy Mulyana yang mengapresiasi langkah dari LPPM Unsil yang melatih ibu-ibu jadi penghasil rupiah. Ekonomi Kreatif menurutnya memang menjadi salah satu potensi terbesar di Kota Tasikmalaya. “Ada sekitar 6.300 ekonomi kreatif yang berkegiatan, tapi yang tercatat di kami masih di bawah 100,” ucapnya.
Baca Juga:Kerugian Matahari Tasikmalaya Akibat Kebakaran, Begini Penjelasan ManajemenMatahari Dept Store Tasikmalaya Kebakaran
Ekonomi kreatif daur ulang barang bekas ini juga sejalan dengan program Bank Sampah Pemkot Tasikmalaya. Karena pemerintah ingin produksi sampah bisa diminimalisir dengan daur ulang. “Salah satunya dengan memanfaatkan sampah yang masih bisa dikreasikan menjadi barang bernilai ekonomi,” terangnya.(*)