TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pihak Sekolah pada kasus viral dugaan penganiayaan siswi SMA di Tasikmalaya angkat bicara untuk meluruskan duduk permasalahan yang terjadi. Setelah mediasi kedua, semua pihak kembali bersepakat untuk berdamai.
Kemarin pihak Kemendikbud sudah melakukan mediasi secara daring bersama pihak sekolah, dan para orang tua yang terlibat pada kasus tersebut. Lokasinya di SMAN 1 Kota Tasikmalaya sebagai lokasi serta tempat para siswa tersebut mengenyam pendidikan.
Kepala SMAN 1 Kota Tasikmalaya Dr H Yonandi SSI MT menjelaskan kronologi pertengkaran yang terjadi pada Selasa (16/5/2023). Di mana saat guru kelas pamit ke toilet, terjadi pertengkaran yang berawal dari candaan. “Waktunya sangat singkat, semuanya spontanitas,” ucapnya.
Baca Juga:Viral Penganiayaan Siswi SMA Tasikmalaya, Sudah Damai Tapi Ada IntimidasiPerhatikan Nih, Pandangan Ulama Soal Penataan Cihideung
Mengingat ada dua siswa yang terluka, pihak sekolah melakukan penanganan di UKS. Serta melakukan pemantauan ketika salah satunya menjalani penanganan di IGD RSUD dr Soekardjo.
Meskipun sudah ada laporan polisi, pada hari Rabu (17/5/2023) pihak sekolah melakukan mediasi. Terjadilah kesepakatan damai di mana pelapor mencabut laporan polisinya.
Persoalan kembali terjadi pada Jumat (26/5/2023), di mana ada dugaan intimidasi orang tua terlapor kepada korban. Sehingga orang tua korban membuat unggahan di media sosial soal apa yang menimpa anaknya.
Hal itu di luar dugaan pihak sekolah, di mana postingan itu membuat kasus dugaan penganiayaan siswi SMA di Tasikmalaya ini menjadi viral di media sosial.
H Yondandi mengakui bahwa saat itu orang tua dari anak yang sebelumnya terlapor datang ke sekolah. Kedatangannya untuk berterima kasih karena perkara tersebut sudah bisa selesai. “Jadi kami tidak ada keberpihakan, karena ibu dari anak tersebut datang sendiri bukan kami yang memanggil,” ucapnya.
Mengenai adanya kata-kata yang menjurus kepada intimidasi, menurutnya hal itu tidak ada. Dia akui ada kata-kata yang memang menurutnya tidak pas terlontar, namun menurutnya bukan bermaksud memberikan intimidasi. “Memang ada beberapa hal yang tidak pas, tapi sekolah tidak melihat itu sebagai intimidasi,” katanya.