TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Munculnya angka Rp 20 miliar yang harus disiapkan calon untuk Pilkada dinilai subjektif. Selain kebutuhan masing-masing calon berbeda, cost politik pun tidak semata-mata dari calon.
Menuju Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 nanti, setiap parpol punya tekad untuk mengusung kadernya masing-masing. Meskipun pada akhirnya bergantung pada perkembangan situasi politik dari hasil Pileg dan formasi koalisi.
Namun saat ini beberapa nama sudah muncul sebagai figur yang akan maju di Pilkada seperti H M Yusuf dari Golkar, Yanto Ice dari PPP dan Viman Alfarizi Ramadan dari Gerindra.
Baca Juga:Waduh, Dana Hibah di Kota Tasikmalaya Tak Kunjung CairGanjar Pranowo Capres, Ini Reaksi PDI Perjuangan Kota Tasikmalaya
Merespons pesan dari Mantan Wakil Wali Kota Dede Sudrajat soal biaya calon untuk Pilkada, Sekretaris DPD Golkar Eries mngatakan bahwa cost politik itu memang perlu. Namun ketika angkanya mencapai Rp 20 miliar menurutnya cukup fantastis. “Karena dari pengalaman saya di tim, cost politik itu di angka di angka Rp 4 miliar – Rp 6 milar, dan itu juga sesuai kajian dari konsultan,” ucapnya.
Pihaknya mengakui bahwa banyak pengeluaran di luar cost politik tersebut. Akan tetapi kembali kepada personal dari calon selama proses kontestasi berlangsung. “Kalau setiap ketemu orang keluar uang ya jelas bengkak,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris DPC PPP Kota Tasikmalaya Zenzen Jaenudin mengatakan bahwa pemaparan Dede Sudrajat mengenai angka Rp 20 miliar itu bukan murni cost politik. Karena tidak semua pengeluaran masuk biaya politik. “Kalau semua masuk daftar pembiayaan ya pasti besar,” ucapnya.
Dia tidak memungkiri, hampir setiap peretemuan dengan calon identik dengan biaya. Namun menurutnya, tanpa Pilkada pun, berbagai hal tetap memerlukan biaya. “Misal pengeluaran saat silaturahmi, tidak ikut pilkada juga bisa keluar biaya, bepergian ke mana pun juga tetap membutuhkan biaya meskipun meskipun bukan calon wali kota,” ucapnya.
Untuk cost politik, menurutnya tidak sama bergantung siapa calon dan perkembangan situasi politik di di Kota Tasikmalaya. Karena kemampuan dana dan karakter setiap kandidat berbeda-beda. “Mungkin yang mengandalkan uang ya bisa habis banyak, tapi kalau elektabilitasnya sudah baik beda cerita,” tuturnya.