Selanjutnya masuk ke tahap ngalapuh (pemekaran) pakai minyak goreng, sesudah itu penggorengan tahap ahir, lalu di campur bumbu penyedap, lalu di masukan ke dalam plastik.
“Pekerja yang ada saat ini jumlahnya mencapai 15 orang. Ditambah untuk pengemasan, saya memberdayakan para ibu-ibu untuk mengemas kerupuk kulit untuk di masukan ke dalam plastik dengan berbagai macam ukuran,” ucap Oyo.
Kepala Desa Sukadana Aang Kusniadi mengungkapkan memang dari dulu di desanya terdapat pengusaha kerupuk kulit yang telah terjual bukan hanya di Indonesia seperti di Jakarta, pulau Jawa, namun hingga ke Mancanegara seperti ke Malaysia.
Baca Juga:Ratusan Warga Desa Pagerageung Terima Bansos BerasBPBD: Waspada Tanah Labil, Tebing Longsor Tutup Jalan Penghubung Dua Kecamatan
“Alhamdulillah saya mendukung dengan adanya usaha mikro kecil menengah yang ada di desa ini, bahkan saya sudah ngobrol dengan tokoh masyarakat, bahwa rencana akan membuat pusat oleh-oleh Desa Sukadana,” kata Aang.
Ke depannya, Aang berharap dapat mengembangkan perekonomian masyarakat.
Selain itu, agar orang-orang mengetahui bahwa kerupuk kulit ada di wilayah Desa Sukadana.
Kerupuk kulit di desa ini, terang Aang, sudah ada sejak 30 tahun yang lalu. Lama kelamaan berkembang, sekarang masing-masing menjadi pengusaha pribadi.
Ke depan Aang merencanakan, selain kerupuk kulit, akan ada dudukuy, samak dari bahan pandan.
Bahkan ada wacana untuk membangkitkan kerajinan seperti itu.
“Untuk penanaman sekarang sudah mulai lagi, karena hampir musnah. Sekarang ada beberapa masyarakat, kurang lebih mencapai 10 orang yang menanam pandan,” ucap Aang menambahkan. (obi)