TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Efek dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang hilang hampir Rp 100 juta, ternyata banyak anggaran yang dipangkas oleh sekolah. Lalu menjadi pertanyaan, bagaimana sekolah mengatur keperluan sekolah?
“Efeknya banyak anggaran yang dipangkas,” ujar Kepala SD Negeri 2 Tuguraja Purnomo Saputro kepada Radar, Jumat (28/4/2023).
Ia menjelaskan bahwa dana BOS 2023 seharusnya cair untuk 522 siswa. Tetapi karena ada 109 siswa tidak masuk dana BOS, maka yang ter-cover bantuan tersebut sejumlah 413 siswa saja. Untuk menyiasatinya, banyak anggaran yang dipangkas.
Baca Juga:STMIK Tasikmalaya Tak Tanggungjawab, Mahasiswa Pilih Pindah Mandiri Ketimbang MenungguRatusan Tenaga PPPK Segera Datangi RSUD Ciamis untuk Medical Check Up
Misalnya pembelian laptop untuk Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Awalnya mau membeli dua atau tiga laptop, diubah jadi hanya satu laptop saja.
“Untuk itu, saya berharap ada perhatian dari pemerintah daerah ketika ada bantuan laptop. Kita bisa diprioritaskan mendapatkan bantuan,” terangnya.
Efek selanjutnya, dalam pemenuhan buku. Karena sekolahnya merupakan penyelenggara kurikulum merdeka, termasuk sekolah penggerak dan pelaksana kurikulum jalur mandiri.
“Awalnya kami akan membeli buku satu siswa untuk satu buku. Sekarang dikurangi karena keterbatasan anggaran yakni 1 buku untuk 3 siswa,” katanya.
Pengadaan Soal Tetap di-Cover
Untuk pendanaan pengadaan soal ujian harus diupayakan maksimal. Walaupun sekolah tidak mengetahui siswa yang tidak tercover dana BOS.
“Kalau soal ujian kami tetap memberikan pelayanan yang optimal (semua siswa dapat, red). Walaupun harus menambah pengeluaran,” tandasnya.
Lalu, untuk guru honorer yang dibiayai dari dana BOS jumlahnya ada 10 orang. Semuanya sudah sesuai standar yang ditetapkan.
Baca Juga:Sensus Pertanian Harus Hasilkan Data yang AkuratPetugas Bea Cukai Sita Rokok Ilegal yang Dikirim dari Bangkalan untuk Warga Tamansari
“Karena jumlahnya (Dana BOS, red) yang berkurang sehingga akibatnya persentase pengeluaran honor mereka jadi besar,” katanya.
Namun, walaupun ada dana BOS hilang, ia tetap optimis dalam memperoleh prestasi akademik dan non akademik. Itu mulai tingkat di kecamatan dan mengejar ke tingkat Kota Tasikmalaya. “Kita tetap konsisten untuk melahirkan siswa yang berprestasi akademik dan non akademik,” ujarnya.