BANDUNG, RADARTASIK.ID – Startup binaan ITB kalahkan Spanyol dan Amerika Serikat pada CYBATHLON Challenges 2023. Startup Institut Teknologi Bandung ini adalah Karla Bionics yang tempati urutan 5.
Startup binaan ITB Karla Bionics bergerak di bidang tangan palsu prostetik. Karla Bionics meraih prestasi kembali pada CYBATHLON Challenges 2023 menempati urutan 5 setelah juga memenangi CYBATHLON Challenges 2022.
Anggota Karla Bionics terdiri dari Dosen Manajemen Rekayasa ITB Wildan Trusaji ST MT serta 3 mahasiswa dan 2 alumni ITB. Mahasiswa dan alumni ITB itu adalah Sekar Kedaton, Alya Hanun, Andy Lucky, Syaiful Hammam, dan Nurseptian Pratomo.
Baca Juga:Harga Tiket Bus Primajasa Tasikmalaya-Jakarta Arus Balik Lebaran 2023 dan Jadwal PemberangkatanJadwal Bus Budiman Tasikmalaya-Tangerang Arus Balik Lebaran 2023 dan Harga Tiket
Fitur utama yang menonjol pada Mega Arm itu adalah kemampuan mencapit serta kekuatan struktur pada bagian pergelangan lengan prostesis.
Hal itu berdasarkan temuan Karla Bionics. Yakni secara umum para penyandang disabilitas di Indonesia adalah pekerja ”kerah biru” yang menderita kecelakaan kerja. Mereka sulit mendapatkan pekerjaan formal lagi.
Selain itu, para pengguna teknologi Mega Arm yang menjadi tulang punggung keluarga itu juga rata-rata mempunyai keterampilan mekanikal. Mereka dapat memanfaatkannya sebagai mata pencaharian. Seperti membuka jasa bengkel tambal ban atau pun mengadakan lokakarya mengelas.
Karla Bionics menyiapkan diri untuk mengikuti CYBATHLON Challenges 2023 terbilang singkat. Mereka membutuhkan waktu selama 3 bulan dari mulai pengembangan teknologi lengan hingga proses latihan.
Filosofi Desain Mega Arm
Mega Arm sendiri merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya, yakni lengan prostesis Raga Arm.
”Filosofi desain Mega Arm memanfaatkan prinsip biomimicry, di mana desain lengannya mengikuti prinsip desain dari capit kepiting,” ujar Wildan Trusaji di situs resmi ITB pada Rabu 26 April 2023.
Wildan Trusaji menerangkan ada 3 prinsip yang mereka adopsi. Yaitu posisi diam yang menutup, pergerakan hanya dilakukan satu lengan satu waktu. ”Serta pusat kontrol tidak terpusat pada bagian tengah membuat kontrol terhadap benda akan lebih terjaga,” ungkap Wildan Trusaji.