Erwin menyatakan meskipun dirinya belum pernah bertemu dengan Ventje Suardana, Direktur Utama PT Duta Anggada Realty, dari kisah yang diuntai dalam tulisan-tulisan bernas maupun pernyataan Dr Aqua Dwipayana tergambarkan betapa humanisnya sosok pengusaha kakap asal Surabaya tersebut.
Menurut Erwin, gambaran Ventje Suardana tampak rendah hati dan jernih nuraninya. Bahkan, Dr Aqua Dwipayana mengakui bahwa dia banyak belajar dari Ventje tentang urusan berbakti kepada orang tua.
Menurut Dr Aqua, tulis Erwin, Ventje Suardana adalah seorang yang menunjukkan bakti kepada kedua orang tuanya, Rudy Suardana dan mendiang Susianawati Harlim Suardana, dengan sangat takzim.
Baca Juga:Oppo Find X6 Pro: Cek Spesifikasi dan Harga, di Mana Belinya?Prediksi Liverpool vs Nottingham Forest di Liga Inggris Sabtu 22 April 2023, Statistik, Skor dan Susunan Pemain
Erwin menilai dengan kerendahan hati dan kebajikan tanpa membedakan sekat apa pun, hal itu cukup menjadi bukti kualitas seorang Ventje Suardana. Nilai-nilai tersebutlah yang mempertautkan kedekatan Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana hingga keduanya bersahabat sangat erat dan terus menumbuhkan dan menyemai kebaikan demi kebaikan.
”Saya tidak hanya dekat dengan Pak Ventje, tapi juga dengan keluarga besarnya,” ungkap Dr Aqua Dwipayana suatu ketika.
”Papa dan Mamanya, Bapak Rudy Suardana dan almarhumah Ibu Susianawati Harlim Suardana, sudah seperti orang tua saya sendiri,” lanjut Dr Aqua Dwipayana.
”Setiap ada acara di keluarganya saya selalu diundang dan diberi tempat terhormat,” terang Dr Aqua Dwipayana.
Dr Aqua Dwipayana mengungkapkan selama menjalin persahabatan, Ventje Suardana sudah banyak membantu dia sekeluarga dan teman-temannya. ”Apa pun yang saya minta selalu dipenuhi Pak Ventje tanpa banyak bertanya,” paparnya.
Semuanya, lanjut Dr Aqua, Ventje berikan tanpa pamrih.
Dari kisah persahabatan yang erat antara Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana, Erwin bisa memetik banyak pelajaran. Yakni kebeningan, keikhlasan hati, serta iktikad mulia berbuat kebajikan sesama manusia, menjadi jembatan yang mempertautkan dua manusia dengan latar belakang budaya berbeda. Bahkan, keyakinan yang berbeda pula. Perbedaan tersebut menjadi nisbi karena kemanusiaanlah yang menjadi pegangan. (*)