TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Stigma masyarakat terhadap kemampuan perempuan dalam dunia politik masih kurang baik. Hal ini menjadi salah satu tembok penghalang berkarir di parlemen.
Forum Silaturahmi Perempuan Politik Tasikmalaya (FOSP2T) menggalang dukungan untuk politisi wanita. Aksi itu berlangsung di simpang Rancabango, Jumat (14/4/2023).
Ketua FOSP2T Heni Hendini SPd MPd mengatakan stigma masyarakat itu cenderung merugikan. Bahkan kaum hawa sendiri punya kepercayaan yang minim terhadap politisi dari kalangan sesamanya.
Baca Juga:Kendaraan Pemudik Mulai Terpantau Melintasi CiamisDPRD Kabupaten Ciamis Dalami Dugaan Pelanggaran Kode Etik
“Membuat anggapan perempuan tidak cakap dalam arena politik yang memang berkaitan dengan kekuasaan untuk mengatur kehidupan bersama,” terangnya.
Padahal keberadaan kaum hawa dalam parlemen bisa memberikan pengaruh positif. “Karena kebijakan saat ini kurang berpihak kepada masalah perempuan dan anak,” ucapnya.
Meskipun ada kebijakan keterwakilan 30% dalam pemilu, hal itu baru sebatas dalam kepengurusan partai dan proses pendaftaran caleg.
Padahal idealnya keterwakilan tersebut harus diterapkan dalam penetapan anggota dewan terpilih. “Kuota 30% perempuan sebagai anggota legislatif di Pemilu 2019 belum juga tercapai,” katanya.
Ada beberapa kebijakan yang dianggap belum pro. Seperti halnya pernikahan dini. “Banyak regulasi-regulasi yang menjadi kan perempuan menjadi korban yang paling menderita,” tuturnya.
Kompetensi Bukan Hanya Milik Laki-Laki
Koordinator aksi, Anne Yuniarti SH MH mengatakan saat ini banyak yang mempertanyakan keberpengaruhan politisi wanita di DPRD.
Padahal, politisi laki-laki yang saat ini duduk di DPRD juga tidak semuanya punya kompetensi. ”Seharusnya pertanyaan itu juga berlaku juga pada kandidat laki laki,” ucapnya.
Baca Juga:Tagih Hutang, Wanita Ini Adukan Anggota DPRD Ciamis ke BKGempa Tuban Terasa Sampai Kota Tasikmalaya, Jabar
Kota Tasikmalaya saat ini memiliki kompleksitas persoalan terkait wanita dan anak yang perlu penanganan yang serius. Peran legislatif dari kalangan ini sangat perlu.
“Namun tentu kehadiran legislatif perempuan tidak melulu hanya mengurusi urusan perempuan dan anak saja. Tapi juga berkontribusi pada penyelesaian persoalan masyarakat,” pungkasnya.
Dalam aksi tersebut, para politisi perempuan membawa poster-poster untuk menggalang dukungan publik.