“Siapa penerima, lokasinya di mana, besarannya berapa, harus terpublikasikan secara terbuka,” katanya.
Hibah untuk Kota Tasikmalaya Tak Menonjol
Sedangkan untuk Kota Tasikmalaya, dengan nilai total Rp 9.852.000.000 untuk 42 lembaga memang tidak ada yang mencolok.
Namun hal menariknya ada di lembaga atau organisasi yang menjadi penerimanya, karena biasanya penerima merupakan lembaga yang bergerak di pendidikan, keagamaan, sosial dan ekonomi.
Baca Juga:Stok Melimpah, Harga Telur Ayam di Pasar Singaparna AnjlokTak Kuat Menanjak, Truk Masuk Jurang Sopir Tewas Terjepit
“Namun ada 1 lembaga yang dari namanya saja berbeda dengan lainnya yaitu THE POM, beralamat Jalan BKR Kota Tasikmalaya Kecamatan Tawang,” tuturnya.
Bagi sebagian warga Kota Tasikmalaya khususnya aktivis cukup familier dengan The POM yang merupakan singkatan dari The Power of Emak-Emak.
Nama ini muncul pada kontestasi Pilpres dan Pileg 2019 lalu.
“The POM ini cukup sebagai lembaga taktis untuk memenangkan kandidat pilpres dan pileg yang berafiliasi ke kandidat presiden dan partai tertentu,” katanya.
Dengan kondisi itu, menilai bahwa bantuan hibah tidak lebih dari jasa politik dari penguasa kepada tim suksesnya di pemilu.
Atau bisa jadi pemberian modal untuk orang atau kelompok menghadapi kontestasi politik.
“Karena hasil penelusuran, pentolan lembaga ini akan nyalon juga di DPRD Kota Tasikmalaya,” imbuhnya.
Terkait angka hibah ini, Sekretaris DPP Perkumpulan Guru Madarasah (PGM) Asep Rizal Asyari juga tidak habis pikir dengan hibah dari Pemprov Jawa Barat.
Baca Juga:Status WhatsApp Pecah? Berikut Tips dan Caranya Dijamin AmpuhIngin Dapat Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen, Berikut Persyaratannya
Karena cenderung berpihak kepada yayasan dan organisasi tertentu. “Sangat kental pilih kasihnya,” ucapnya.
Jika memang pemberian hibah ini mengacu pada dukungan politik, dan ini tentunya tidaklah bijaksana. Karena bisa menimbulkan gejolak politik, terlebih mendekati Pemilu 2024.
“Kalau begini ya guru madrasah jelas harus memantapkan sikap untuk tidak memilih petahana,” ujarnya.
Soal kebutuhan, PGM pernah mengajukan bantuan agar di Kota Tasikmalaya terbangun laboratorium madrasah.
Supaya para guru madrasah punya ruang atau fasilitas untuk mengembangkan kreasi dan inovasi.
“Tapi sepertinya keinginan guru madrasah tidak pernah ada realisasi,” katanya.(rga)