Akademisi: Masih Banyak Praktik Nakal Kampus di Tasikmalaya

Kampus STMIK Tasikmalaya, Kemendikbudristek
Gedung Restu Sky di Kampus STMIK Tasikmalaya menjadi pelampiasan kekecewaan mahasiswa usai ditutupnya STMIK oleh Kemendikbudristek (foto/ranggajatnika)
1 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Penutupan kampus STMIK Tasikmalaya oleh Kemendikbudristek menua banyak komentar. Tidak terkecuali akademisi yang ada di Tasikmalaya.

Akademisi Tasikmalaya Asep M Tamam mengatakan ini merupakan pertama kalinya perguruan tinggi di Tasikmalaya sampai ditutup oleh Kemendikbudristek.

Tentunya pencabutan izin operasional itu bukan tanpa alasan.

“Tidak mungkin ditutup tanpa alasan kan,” ucapnya kepada Radar, Selasa 28 Maret 2023.

Hal ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi kampus-kampus lainnya.

Baca Juga:Ini Delapan Tuntutan Mahasiswa STMIK Tasikmalaya kepada Pihak KampusOne Day One Juz, Perangkat Desa Guranteng Diwajibkan Tadarus Rutin

Supaya bisa lebih hati-hati dalam mengelola kampus agar tidak sampai mengalami hal serupa. “Harus jadi bahan pembelajaran,” terangnya.

Di samping itu, problemnya yang meliputi STMIK Tasikmalaya juga harus menjadi pintu masuk bagi pemerintah melakukan evaluasi.

Supaya kampus-kampus bisa beroperasi sebagaimana mestinya.

“Karena kampus pun harus diawasi secara maksimal supaya tidak ada praktik nakal,” ujarnya.

Salah satu praktik nakal yang pernah dia temui yakni Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ).

Bahkan menurutnya aktivitas itu masih berjalan di salah satu kampus di Tasikmalaya.

“Saya tidak bisa sebut nama kampusnya, tapi praktek itu memang ada,” terangnya.

PJJ ini memicu kenakalan lainnya dari mulai jual beli skripsi, manipulasi laporan dan yang lainnya.

Baca Juga:Alumni STMIK Tasikmalaya Bergerak, Siap Temui Kemendikbudristek dan DPR RIMahasiswa STMIK Tasikmalaya Penyandang Disabilitas Pesimis Dapat Kampus Inklusif

Tentunya sangat tidak mendidik mengingat kampus adalah sarana mendapat ilmu pengetahuan.

Praktik kenakalan kampus ini, kata dia, karena memang ada peminatnya.

Ada yang memang sengaja memanfaatkannya, ada juga yang mengikuti karena faktor ketidak tahuan.

“Yang saya temukan di lapangan peserta itu bersyukur karena dapat kemudahan, skripsi mereka buatkan dan biaya lebih murah tanpa mereka tahu itu adalah ilegal,” ucapnya.

Pihaknya berharap ke depannya praktik-praktik nakal itu tidak kembali terjadi.

Tentunya hal ini tidak lepas dari peran pengawasan Kemendikbudristek.

“Bukan hanya kampus, tingkatan SMP SMA juga perlu pengawasan maksimal,” katanya.

Penutupan STMIK Tasikmalaya Jadi Beban Moril Alumni

Anggota Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Bagas Suryono mengakui bahwa persoalan penutupan STMIK Tasikmalaya bukan masalah kecil.

1 Komentar