Posisi rankingnya berada pada nomor urut 18 dari 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Namun ia optimis pada tahun 2030 Kota Tasikmalaya bisa bebas dari TBC.
Sejumlah langkah pun dilakukan. Mulai dari kerja sama dengan organisasi profesi kesehatan, fasilitas kesehatan, masyarakat, dan pelaku usaha.
“Dengan sinergi ini bisa dipertahankan semaksimal mungkin dalam pencegahan TBC. Sehingga agar tahun 2030 bisa tercapai bebas TBC,” ujarnya.
Baca Juga:Satpol PP Harus Lebih Humanis Biar Investasi LarisPenemuan Metamfetamina alias Sabu: Sejarah, Penggunaan Medis, dan Dampaknya pada Masyarakat
Wujud sinergi dengan langkah yang akan ditempuh, di samping meluaskan jangkauan TBC juga dengan meningkatkan skrining triple eliminasi.
Yakni TBC, Sipilis, HIV/AIDS. “Ketika mempunyai data base (kita) bisa melakukan terapi sedini mungkin. Untuk terapi ini, masuk dalam program, sehingga masyarakat tidak dipungut biaya,” tandasnya.
Pemerintah Kota Tasikmalaya memiliki alat TCM yang paling mutahir di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soekardjo dan Puskesmas Purbaratu.
Kemudian akan ada tambahan Rumah sakit swasta dan Rumah Sakit Dewi Sartika. “Semua itu agar bisa melakukan pelayanan skrining TBC dan pemantauan keberhasilan pengobatan TBC,” ujarnya.
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan Kota Tasikmalaya Jalaluddin mengajak pemerintah, akademisi, institusi pendidikan, kesehatan, pengusaha, komunitas, LSM, media massa melakukan penanggulangan TBC. Sebab, masih ada kejadian di lingkungan tempat kita tinggal
“Terbaru di Tamansari, dari anak dan ibu terkena TBC ketahuan saat kegiatan penanganan stunting. Oleh karenanya butuh kontribusi bersama dalam menemukan obati sampai sembuh dalam pencegahan TBC di Kota Tasikmalaya,” pungkas dia. (riz)