RADARTASIK.ID – David Auerbach, mantan engineer Google dan Microsoft, mengungkapkan fakta mengejutkan tentang kebohongan raksasa teknologi.
Ia menerangkan bahwa sebenarnya perusahaan raksasa teknologi tak punya kendali penuh atas teknologi yang telah mereka ciptakan.
Kenyataan bahwa algoritma internet telah menyebabkan berbagai persoalan pada kehidupan manusia menurutnya merupakan kesalahan penggunaan teknologi oleh manusia itu sendiri.
Baca Juga:Lagi, 2500 Botol Minuman Keras Dimusnahkan di Bale KotaCoinbase Kolaborasi dengan Standard Chartered
Selama ini google, Microsoft dan Facebook seringkali dituding sebagai penyebab atas munculnya kesengsaraan, penipuan dan perpecahan dan rasa iri terhadap sesama.
Padahal menurut Auerbach perusahaan raksasa teknologi itu sendiri tak pernah punya kontrol pada teknologi yang mereka ciptakan.
mengutip berita Guardian, Senin, 13 Maret 2023, ia menjelaskan bahwa algoritma yang mereka buat bekerja sebagai sebuah sistem dalam jaringan internet yang kemudian manusia berinteraksi dengannya.
Kesalahan interaksi ini lah yang pada akhirnya menempatkan manusia pada berbagai persoalan yang muncul melalui penggunaan algoritma di internet. Siapa pun tidak dapat mengontrol sistem itu. Baik pemerintah maupun raksasa teknologi.
“Ada sebuah memo internal Facebook yang bocor. Dalam memo itu tertulis bahwa Facebook tidak mau orang-orang tahu bahwa mereka tak punya kontrol atas sistem yang mereka buat,” katanya.
Ia menyebut bahwa perusahaan raksasa teknologi akan lebih memilih sebutan jahat daripada orang tahu fakta sebenarnya. Yaitu mereka tidak pernah benar-benar punya kontrol atas sistem teknologi yang telah mereka ciptakan.
Menurutnya kalau karena algoritma hidup manusia kemudian menjadi sengsara, maka ada yang salah pada sistem yang dibentuk oleh manusia itu sendiri.
Baca Juga:Potensi Pendapatan Parkir Kota Tasikmalaya Masih Luas, Dishub Harus TurunRRQ Umumkan Rekrutmen Player Baru MLBB Ph
“Efek sistem algoritma saat ini berkontribusi pada perpecahan masyarakat. Kita semua tidak bisa memahami satu sama lain. Kita semua terpecah menjadi kelompok-kelompok yang punya kebulatan suara dan keseragaman. Sehingga mencegah adanya konsensus masyarakat berskala besar,” paparnya.