CIHIDEUNG, RADARTASIK.ID – Kemajuan pembangunan Kota Tasikmalaya tak sebanding dengan pendapatan asli daerah (PAD). Salah satunya sektor retribusi dan pajak parkir. Tahun ke tahun terus menyusut.
Pendapatan retribusi dan pajak parkir tertinggi Kota Tasikmalaya di dapat pada tahun 2019.
Berdasarkan data reportase Radar, kala itu pendapatan retribusi layanan parkir tepi jalan umum mencapai Rp 1,9 miliar dan pajak parkirnya Rp 1,6 miliar.
Baca Juga:Raphinha Akan Dijual untuk Atasi Keuangan BarcelonaSakura School Simulator: Permainan Simulasi Kehidupan Sekolah dengan Fitur Menarik
Setelah itu pendapatan retribusi layanan parkir tepi jalan umum terus menurun. Tahun 2020 turun ke angka Rp 1,3 miliar dan tahun 2021 hanya Rp 700 jutaan.
“Kenapa tak bisa ningkat? Jangan-jangan banyak pengelolaan (parkir) yang tidak dikelola pemkot,” kata Pemerhati Kebijakan Anggaran Nandang Suherman kepada Radar, Senin (13/3/2023).
Pendapatan Parkir Banyak Bocor
Nandang mengaku pernah melakukan survei sederhana terhadap para juru parkir. Secara resmi mereka hanya mengelola parkir dari pagi sampai pukul 14.00 atau 15.00 sore.
Setelah itu parkir dikelola oleh kelompok masyarakat setempat. Sehingga pendapatannya tidak masuk ke kas pemerintah.
Menurut dia secara kasat mata masyarakat bisa melihat banyaknya spot parkir. Hal itu seharusnya berbanding lurus dengan pendapatan pemerintah dari sektor tersebut.
“Bisa terdeteksi dari peningkatan Pajak Bagi Hasil dari Provinsi atas pos pajak kendaraan. Apakah kendaraan dipakai dalam kota atau dipakai di luar kota? Harus ditinjau lebih dalam,” papar pengajar Sekolah Politik Anggaran Perkumpulan Inisiatif itu.
Berdasarkan angka-angka perkembangan pendapatan parkir setiap tahun, lanjutnya, pengelolaan parkir oleh Pemkot Tasik terbilang buruk.
Baca Juga:Miras Merajalela: Penegak Perda Kalah Canggih dari MafiaDadaha Ditata, Disporabudpar: Fungsi Tidak Akan Berubah
Pendapatan Retribusi Dicurigai Bocor
Nandang menenggarai keuangan parkir banyak bocor sehingga. Sehingga pemasukan ke kas daerah hanya sedikit.
Sementara masyarakat seringkali merasakan sulitnya mencari lahan parkir karena penuh. Bahkan sampai macet.
Sejumlah ruas jalan setiap hari penuh kendaraan yang parkir. Seperti Simpang Cihideung, Empangsari, Jalan Pemuda dan Jalan Pasar Wetan.
Sayangnya hal itu tidak sebanding dengan pendapatan yang masuk sebagai PAD.