PANGANDARAN, RADSIK – Dinkes Pangandaran menemukan 300 kasus leptospirosis di Kabupaten Pangandaran selama tahun 2022. Dari jumlah itu, 20 di antaranya meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Pangandaran Aang Syafeurahmat mengatakan, kasus leptospirosis mayoritas menimpa petani.
“Ada 300 temuan penyakit ini di Kabupaten Pangandaran, 20 di antaranya meninggal akibat leptosperosis,” ungkap Aang, Sabtu 11 Maret 2023.
Baca Juga:KTP Digital Lebih Simpel, Banjar Targetkan 25 Persen Warga BeralihScooter Owners Group ‘Beraksi’ di Garut, Intip Kegiatannya
Temuan kasus itu, kata Aang Syaefurahmat, baru ada di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Tasikmalaya. “Sementara daerah lain baru indikasi,” ucapnya.
Menurutnya, dalam upaya penanganan leptospirosis, Pemkab Pangandaran menjadikan RSUD Pandega Pangandaran sebagai sentinel (terfokus pada kegiatan leptospirosis yang harus jadi rujukan puskesmas lain).
“Selain itu, sentinel juga di Puskesmas Kalipucang dan Puskesmas Cijulang. Sentinel itu ada kegiatan deteksi pengobatan dan pengendalian vektor virusnya,” katanya.
“Yang menyebabkan kematian akibat kencing tikus itu karena sudah fase sudah weil’s disease. Adapun ciri-ciri tubuh yang sudah parah jika sudah berwarna kuning, melakukan cuci darah,” ujarnya.
Kendati demikian, kata Aang, jika di awal kematian di Pangandaran tinggi karena pasien rata-rata datang ke puskesmas sudah dalam kondisi parah.
Sebab ketidaktahuan soal penyakit tersebut. “Karena kasusnya memang jarang, membuat pengetahuan minim,” ungkapnya.
Pihaknya sudah melakukan pengetahuan kapasitas dokter dan perawat puskesmas dan klinik mengadakan zoom meeting dengan dokter dalam terkait itu. “Untuk tahun ini belum lagi ada kasus kematian serupa,” katanya.
Baca Juga:Puluhan Guru Honorer di Garut Kecewa, Sudah Lulus Tiba-Tiba Pengangkatan PPPK DibatalkanWNA Asal Belgia Betah di Pangandaran, Sudah Fasih Berbahasa Sunda
Untuk pengendalian vektor, pihaknya akan terus melakukan penelitian, sosialisasi terus gencar dan membangun upaya sentinel. “Kasus saat ini cenderung turun karena iklim yang berubah,” ujar Aang Syaefurahmat.
“Virus kencing tikus bisa menularkan ke hewan lain, kita belum memeriksa juga ke hal lainnya, karena virus leptosperosis juga bisa menular ke hewan ternak,” tuturnya.