Namun, untuk tingkat SD tidak ada kurkulum terkait pelajaran bahasa Sunda. Hanya masuk kepada muatan lokal.
“Karena sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat, bahwa bahasa Sunda merupakan muatan lokal Jawa Barat,” ujarnya.
Atas dasar itulah, para guru dan kepala sekolah penting untuk memahami lebih soal Bahasa Ibu atau bahasa Sunda untuk mengimplementasikan dalam dunia pendidikan.
Baca Juga:Sambut Ramadan 2023, Berikut 7 Tips Ajarkan Anak PuasaPrediksi Stoke City vs Blackburn: Berjuang Menuju Promosi
“Baik itu strukturnya, tata cara menyampaikannya, konteksnya dalam beberapa pertemuan,” ucap dia.
Maka dari itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan para budayawan, penutur, para ahli tentang bahasa Sunda.
Dengan menggelar peningkatan kompetensi soal bahasa Sunda kepada kepala sekolah dan guru.
Sejauh ini, dalam satu minggu bahasa Sunda hanya tiga jam.
Namun, boleh saja hanya dua jam, karena bahasa Sunda adalah bahasa muatan lokal.
“Artinya tidak wajib secara struktur, beda dengan struktur kurikulum yang diwajibkan secara nasional,” ujar dia.
Selain materi di sekolah, juga kegiatan ekstrakurikuler di luar dan evaluasinya bisa setiap tahun soal bahasa Sunda, seperti mengikuti Festival Tunas Bahasa Ibu.
“Karena Bahasa Ibu di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, maka di festival tunas bahasa itu kontennya atau isinya bahasa Sunda,” kata Opan, menjelaskan.
Baca Juga:Sopir Tak Tahu Medan, Truk Masuk Jurang Sedalam 15 MeterNikah Tak Perlu Mahal, Pengantin Naik Becak ke KUA Singaparna
“Alhamdulillah Kabupaten Tasikmalaya untuk tingkat Jawa Barat memperoleh 3 medali emas satu perak, sehingga para juaranya mendapat apresiasi dari Kemendikbudristek,” ucapnya.
Sejauh ini, karena bahasa Sunda di SD merupakan muatan lokal.
Jadi tidak ada tenaga kependidikan di SD khusus pendidik jurusan bahasa Sunda atau sarjana bahasa Sunda.
“Kalau di SMP ada, MGMP Jurusan Bahasa Sunda karena ada mata pelajarannya bahasa Sunda. Kalau SD adalah guru kelas 6 orang, 1 guru PAI dan guru penjaskes,” kata dia.
Maka dari itu, ini menjadi tantangan bagi Dinas Pendidikan untuk menguatkan kompetensi bahasa Sunda.
Salah satunya melakukan kerja sama dengan komunitas-komunitas dan para ahli tentang bahasa Sunda.
“Jadi ini adalah tantangan bagi pengelolaan guru di sekolah dasar, khususnya bagaimana meningkatkan kompetensinya dari kompetensi dasar hingga menjurus ke kompetensi-kompetensi yang harapannya di mata pelajarannya di sekolah dasar khsusunya,” ujar dia.