Gempa bumi pada 6 Februari dan guncangan susulan yang kuat telah menewaskan lebih dari 46.000 orang di Turki. Itu menghancurkan atau merusak sekitar 230.000 bangunan, dan meninggalkan ratusan ribu orang menjadi pengungsi. Peristiwa tersebut menjadikannya sebagai bencana terburuk dalam sejarah modern Turki.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa gempa bumi tersebut menewaskan sekitar 6.000 orang di Suriah. Terutama di wilayah barat laut yang para pemberontak kuasai.
Menurut data pemerintah Turki, sekitar 2 juta korban telah tinggal di tempat pengungsian sementara. Mereka pindah dari wilayah yang hancur akibat gempa.
Baca Juga:Prediksi Sevilla vs Fenerbahce di Liga Eropa, Statistik, Skor, dan Head to HeadPrediksi Susunan Pemain Manchester United vs Real Betis di Liga Eropa, Head to Head dan 5 Pertandingan Terakhir
Sekitar 1,5 juta orang telah menempati tenda sementara, sedangkan 46.000 lainnya telah pindah ke rumah kontainer. Yang lainnya tinggal di asrama dan rumah tamu.
”Melihat jumlah orang yang telah dipindahkan, jumlah orang yang terluka dan tingkat kehancuran, kita sekarang memiliki kebutuhan kemanusiaan yang luas,” kata Alvaro Rodriguez, Koordinator Residen PBB di Turki kepada Associated Press.
”Kami memiliki beberapa provinsi di mana hingga 25% dari populasi—kadang-kadang hingga setengah juta orang—telah dipindahkan. Jadi tantangan yang kami hadapi adalah bagaimana menyediakan makanan, tempat tinggal, dan air bagi komunitas-komunitas ini?” ujarnya.
Anggaran PBB
Perwakilan PBB itu mengatakan bahwa tenda-tenda masih dibutuhkan meskipun bukan ”solusi optimal” untuk menampung orang. Dia melaporkan beberapa kasus wabah kudis karena kondisi sanitasi yang buruk.
Bulan lalu, PBB mengeluarkan permohonan kilat sebesar 397,6 juta dolar (sekitar Rp6,1 triliun). Itu untuk membantu korban gempa bumi di Suriah—hanya sedikit lebih dari separuhnya yang terkumpul.
Kemudian permohonan 1 miliar dolar untuk korban di Turki untuk menutupi kebutuhan darurat. Seperti makanan, perlindungan, pendidikan, air dan tempat tinggal selama tiga bulan. Alvaro Rodriguez mengatakan bahwa permohonan untuk Turki hanya terdapat sekitar 10% yang terdanai.
”Kenyataannya adalah, jika kita tidak melampaui 10% yang kita miliki, PBB dan mitra-mitranya tidak akan dapat memenuhi kebutuhan kemanusiaan,” katanya. (*)