Penanganan Stunting Harus Langsung ke Sasaran
SINGAPARNA, RADSIK – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tasikmalaya menilai penanganan stunting ini bukan terkendala minimnya anggaran. Akan tetapi, pemetaan dan upaya penanggulangannya harus diperbaiki.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tasikmalaya Asop Sopiudin mengungkapkan, berbicara anggaran untuk pencegahan stunting sudah besar baik dari pusat dan daerah.
“Yang belum matang itu justru dari mapping atau pemetaan penanganan yang belum jelas. Sasaran utamanya ke mana. Sejatinya sasaran pokok eksekusi langsung ke pengidap stunting, bukan ke kegiatan seremonial sosialisasi antar SKPD dengan dinas lain,” kata Asop.
Baca Juga:Live Selling Dongkrak Penjualan e-CommercePeduli Sesama, Favehotel Gelar Donor Darah
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Kemudian, lanjut dia, data stunting sudah jelas, baik data lainnya konkret sampai ke tingkat desa bahkan RT. Tinggal bergerak dengan baik untuk menyelesaikannya. “Kami melihat tahun 2022, pemerintah daerah baru tahap sosialisasi dan penyampaian pencegahan sampai ke tingkat pendidikan,” kata dia.
Sementara itu, kata dia, sasaran utama dalam upaya pencegahan stunting itu sebenarnya adalah asupan gizi dan makanan sehat, untuk anak dan calon ibu bayi. “Jadi bukan yang dibutuhkan spanduk, baliho atau pamplet sosialisasi terus menerus,” kata dia.
Dia menyebutkan masih belum turunnya angka stunting karena programnya belum menukik ke sasaran. “Pemerintah fokus, objeknya sudah ada kenapa tidak langsung ke objek sasarannya. Yang dibutuhkan tindakan yang sudah terjadi,” dorong dia.
Lanjut dia, tindakan upaya preventif ke depan bukan hanya pencegahan, penindakan yang sudah ada, angkanya akan turun. “Jadi pemerintah baru tahap penyadaran masyarakat dan pencegahan ke depan. Makanya masih tertinggal dan data masih tinggi. Kalau anggaran sudah jelas ada besar,” tambah dia.
Sebelumnya, hingga awal 2023 ini, persoalan stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak di Kabupaten Tasikmalaya masih menjadi persoalan serius yang mesti dihadapi.
Berdasarkan hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2021, angkanya pun tergolong masih cukup tinggi, yakni 24,4 persen dari jumlah anak atau bayi yang ditimbang atau di kisaran 15.000-an anak.