Kendala di Lapangan Soal Pragmatisme
MANTAN calon legislatif (caleg) perempuan dari PBB Kota Tasikmalaya pada Pileg 2019, Ipa Falihah mengaku untuk keluarga dan partai tidak ada hambatan apapun saat akan mencalonkan. Maka dari itu masuk menjadi salah satu caleg perempuan waktu 2019. “Alhamdulillah waktu itu di internal enggak ada kendala,” ucapnya.
Namun, ketika turun ke lapangan melihat ada stigma yang melemahkan perempuan untuk berkiprah di dunia politik. Padahal misi dia masuk di politik praktis adalah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. “Belum lagi masalah pragmatis pemilih,” katanya.
Melihat realita tersebut, dia pun kehilangan motivasi untuk maju lagi di Pileg 2024. Meskipun saat ini masuk tawaran dari berbagai parpol, dia memilih untuk tidak menggubrisnya.
Baca Juga:Disdik Larang Jajan CikbulHarus Siap Terapkan Kurikulum Merdeka
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
“Terlepas penilaian orang seperti apa, tapi menurut saya ada berbagai cara untuk merealisasikan misinya memperjuangkan hak perempuan,” pungkasnya.
Kader Partai NasDem Kota Tasikmalaya Anne Yuliarti yang sempat maju di Pileg 2019 lalu mengaku tidak mengalami kendala di keluarga dan internal partai pada saat pencalonan. Bahkan di partai pun justru saat ini perempuan cukup diprioritaskan. “Kalau di keluarga dan partai enggak ada kendala,” ucapnya.
Namun, kata dia, kendala yang dihadapi yakni ketika mencari dukungan atau pemilih di masyarakat. Ada dua kemungkinan, stigma perempuan yang dianggap kurang pantas berkiprah di dunia poliik atau masalah pragmatis. “Karena tidak bisa dimungkiri kita butuh biaya juga kan untuk maju di pileg,” katanya.
Meski demikian Anne tidak kehilangan semangat, dia ingin melanjutkan upayanya untuk bisa berkiprah di dunia politik. Tahun 2024 nanti pun dia bertekad untuk mendaftar sebagai caleg. “Ya, saya berencana maju lagi di Pileg 2024,” ucapnya.
Sementara itu, politisi PDI Perjuangan Kota Tasikmalaya yang berhasil menjadi anggota DPRD Kota Tasikmalaya Eti Guspitawati mengakui ada tantangan lebih bagi perempuan dalam pencalegan.
“Untuk keluarga dan partai dia tidak memiliki kendala, namun untuk di awal karier stigma masyarakat butuh dihadapi dengan kesabaran. Karena mungkin di masyarakat kita masih ada stigma perempuan lebih baik di rumah saja,” ungkapnya.