Tapi RTC tidak lama. Beku. Tidak mudah memang. Mendobrak kebekuan yang akut realitas kehidupan. Tapi bagi saya, RTC itulah pendidikan terbaik untuk kami di Radar. Kang Jati, Mas Basuki, Kang Adi, Kang Dadi, Ustaz Asep Musthofa, mereka itulah mentor-mentor terbaik yang bersama Mas Radi kelola RTC.
“Biarlah virus kebaikan program RTC berkembang biak di luar sana. Setidaknya, kita sudah berbuat untuk perubahan masyarakat,” begitu kira-kira bahasa saya ke Mas Radi, menyikapi RTC. Mas Radi senyum, saya yakini tanda setuju.
Mas Radi luar biasa. Tugas berikutnya saya pikulkan. Mengembangkan produk halal. Ada Radar Halalmart. Saya katakan, kota ini mengklaim kota santri. Maka produknya yang kehalalannya jelas harus kita topang. Melalui kolaborasi dengan Halalmart ini.
Baca Juga:Sinyal Koalisi PPP-GerindraKrisis Bacaleg Perempuan
Tidak mudah memang. Ide dan gagasan butuh keuletan dan konsistensi memperjuangkannya. Mas Radi sabar. Walau ajakannya seperti air menimpa daun talas. Atau seperti tepukan yang tak beradu. Bertepuk sebelah tangan. Mas Radi dibina Kang Wahyuddin dan Bu Elsa bahu membahu mengembangkan Radar Halalmart ini. Sampai menemui wali kota, sekda, KORPRI, serta stakeholder lainnya.
Saya semangati dia. Lagi-lagi tentang kita sudah berbuat. Ingin memberikan yang terbaik. Hasilnya saat ini terima saja. Berdamai dengan kenyataan. Nanti kita akan paham kenapa hasilnya begini. Yang penting tetap semangat.
**
Sampailah era digital. Media harus adaptasi. Lagi-lagi saya lirik Mas Radi sebagai pemimpin perusahaan. Satu tahun ini bersama Ruslan Cakra, Tiko Heryanto, Achmad Faisal, Tina Agustina, Andri, Sindy Solehah, Ujang Nandar, Rezza Rizaldy, membangun Radartasik.com. Mereka meneruskan rintisan Agustiana yang saya tugaskan kelola pengembangan usaha lain.
Tidak mudah beradaptasi. Tapi Mas Radi dan timnya begitu semangat. Apalagi saat Google AdSense menorehkan angka berpuluh juta. Saya lihat wajah-wajah gembira di timnya Mas Radi. Walau akhirnya harus berjibaku lagi dari bawah. Bekerja imbangi Google memang belum familier untuk kami. Tapi terus kami dan Mas Radi ikuti ritmenya.
**
Sampailah pagi itu. Senin 23 Januari 2023. Tepat 1 Rajab 1444 H. Manajer keuangan kami, Nina Herlina, menelepon saya. mengabarkan Mas Radi pingsan di rumahnya. Saya panik. Saya berdoa. Ya Allah. Sehatkan. Panjangkan umur Mas Radi. Ya Allah, biar dia pingsan saja. Jangan Engkau ambil.