Meski memisahkan diri dari Tri Dharma, kelenteng Gudo tidak akan jadi Tao, Konghucu atau Buddha. “Kelenteng Gudo akan jadi kelenteng untuk semua,” ujar Tony.
Ia menceritakan, kalau di satu kelenteng hanya ada patung Buddha, yang datang tidak banyak. Pun kalau hanya ada patung Konghucu. “Kelenteng kami harus pasang banyak dewa. Agar permintaan apa saja bisa disampaikan ke dewa yang terkait,” katanya.
“Permintaan orang itu kan macam-macam. Ada yang minta kaya, minta sehat, minta panjang umur, minta anak, minta jodoh, dan banyak lagi. Masing-masing ada dewanya,” katanya.
Baca Juga:RK ke Golkar, Uu CagubNgaji Wagiman
Kelenteng Gudo punya lebih dari 20 dewa. Sekarang lagi membangun lagi satu ruangan sembahyang. Dewa-dewanya sudah didatangkan. Tinggal dipasang. Terlalu banyak yang datang ke Gudo. Yang ada sekarang tidak cukup lagi. Masih akan ditambah dengan dewa yang lain lagi.
Tony juga lagi mempersiapkan untuk ikut festival budaya di Malioboro, Yogyakarta. Ia akan arak sebagian dewa kelenteng Gudo di festival itu.
Tapi kenapa sampai papan nama kelenteng itu digergaji? Tidak eman-eman? “Saya gergaji sedikit saja kok. Untuk divideo saja. Kayunya baik. Kayu kuno. Sayang kalau dirusak,” ujar Tony yang juga dalang wayang Potehi.
Imlek datang lagi akhir minggu ini. Tri Dharma titip nasib baik untuk bisa bersatu kembali. (*)
NB: Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/.
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!