Untuk tahap selanjutnya, tahun 2023 ini belum ada alokasi anggaran. Sementara untuk tahun 2024 juga baru sebatas harapan, karena harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan dan prioritas pembangunan pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Tergantung kebijakan fiskal kita,” ucapnya.
Kendati demikian, kapan pun revitalisasi tersebut berlanjut tidak berarti pembangunannya mangkrak. Karena kios-kios pedagang serta tempat balakecrakan bisa segera dimanfaatkan. “Jadi sudah bisa difungsikan dan bermanfaat juga,” katanya.
Soal desain atap tempat balakecrakan, Diki mengatakan kondisinya agak berbeda dari renacana. Karena desain awal atap tersebut terdapat tutup yang terpasang di sisi kiri dan kanan. “Nanti kita tutup sesuai dengan desainnya juga,” katanya.
Baca Juga:Muslim: PDIP Sedang On FireKPU Tak Mau Berpuas Diri
Masalah lain dari penataan itu, kata dia, adalah soal keberlangsungan air Situ Gede yang saat ini mengandalkan aliran dari Sungai Cibanjaran. Situ Gede harus dijaga sebisa mungkin agar tidak kering ketika musim kemarau. “Masih harus ada upaya lebih terutama menangani kebocoran-kebocorannya, untuk mempertahankan debit air,” katanya.
Salah seorang pengunjung Situ Gede, Afni Sumarni (27) dari Gobras Tamansari mengakui revitalisasi membuat objeknwisata tersebut lebih baik. Karena secara kasat mata kondisinya menjadi lebih estetik. “Ya kalau dibanding sebelumnya, ini lebih baik,” ujarnya.
Namun dia berharap pembenahan fasilitas lainnya bisa dilakukan supaya lebih memberikan kenyamanan. Sehingga pengunjung tidak terfokus di satu area saja. “Atapnya dibenahi. Dibenahi tamannya. Termasuk jalannya juga diperbaiki,” harapnya. (rga)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!